12:01 PM -
No comments
No comments
Untuk Bapak
Jika ingin melihat seorang lelaki
yang tengah bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, tak perlu lah sampai
menengok ke gedung – gedung perkantoran yang berdiri kokoh dengan ruangan yang
sejuk karena pendingin udara. Tak perlu penasaran dengan lelaki – lelaki yang
berpakaian rapi seolah tak ada yang dapat membuat bajunya kusut selipatan
kertas memo pun.
Coba lihat lagi para lelaki yang
kita temui saat kita tengah melakukan perjalanan ke kantor atau ke suatu
tempat. Lelaki – lelaki paruh baya yang mendorong atau mengayuh gerobak
dagangan mereka dengan penuh harapan hari ini dagangan mereka akan laku banyak
dan membawa pulang uang yang cukup untuk keluarganya bisa makan agar anak –
anaknya mendapat cukup gizi, serta agar anak – anaknya tetap dapat melanjutkan
sekolah. Bagaimana wajah para pembawa barang di pasar, stasiun, atau di
terminal, berkilo – kilo beban pun mereka pikul agar lembaran rupiah dapat
mengisi kantong celana mereka. Atau coba lihat para tukang ojek yang seharian
mengendarai motor mereka, panas maupun hujan mungkin sudah tak menjadi soal
lagi bagi mereka, yang penting anak – anaknya dapat menempuh pendidikan yang
layak. Atau coba lihat para pedagang kecil di pojokan pasar yang dengan setia
masih menunggu pembeli untuk membeli dagangannya.
Mereka tidak lagi pernah peduli
dengan baju bagus apa yang dikenakan ketika mereka harus bekerja demi
menghidupi keluarganya. Mereka tidak lagi peduli dengan panasnya udara hari ini
atau hujan yang akan membuat mereka masuk angin. Mereka hanya ingin menggunakan
tenaga yang mereka miliki agar dapat memperoleh rejeki untuk dibawa pulang ke
rumah.
Lalu seberapa besar ucapan syukur
yang telah kita sampaikan kepada-Nya?
Seberapa banyak ucapan
terimakasih yang disampaikan kepada seorang lelaki yang dpanggil ayah, bapak,
papa, papi, atau panggilan lainnya. Sudah cukup sering kah doa untuk mereka
agar mereka selalu sehat dan diberi kebahagiaan, serta agar selalu ada waktu
untuk dapat membahagiakan mereka dibanding dengan doa untuk diri sendiri ?
Sudah berapa banyak kalimat “ I
Love You, Bapak” yang mereka dengar dari bibir anak – anaknya?
Yang kini sudah pasti akan menjadi
kenangan. Yang nanti, yang masih menjadi harapan di masa nanti, belum pasti
menjadi kini.