No comments
Untuk Kamu

Entah ini hitungan waktu yang keberapa. Dalam dimensi yang bagaimana. Apa aku pernah peduli?
Entah ini seperti apa keliahatannya. Terlihat atau tidak. Apa aku pernah peduli?
Entah ini jalan yang bagaimana. Tikungan macam apa. Jalan buntu yang seperti apa. Apa aku pernah benar – benar peduli?
Mungkin mereka bilang aku sedang dalam posisi yang tak mampu melihat sisi lain
Atau aku tengah dalam keadaan dimana cahaya lain di sekitarku meredup
“Terserah”, itu kataku
Aku sudah tahu bagaimana rasanya air mata karenamu
Aku juga tahu bagaimana bahagianya tertawa karenamu
Atau sekedar menjadi malu hanya di hadapanmu
Aku sudah menemui hal yang lebih indah daripada bulan sabit yang tergaris di tengah bintang
Bukan karena coklat yang selalu ada di dalam tasku setiap hari
Bukan karena ucapan selamat pagi setiap mata terbuka
Bukan juga karena kata ‘maaf’ yang terucap setelah rasa beku menyesap
Cukup menatapmu saat tertidur lelah
Atau melihat bibirmu mengerucut saat tingkahku menyebalkan
Sekedar tawa kecil saat kamu mengakhiri tingkah bohongmu yang bodoh
Kamu tahu, kamu lebih pahit dari espresso
Mungkin juga akan lebih pekat dari espresso
Maaf untuk kata yang belum mampu aku ucapkan sekalipun sering kamu ucapkan
Mungkin aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkannya
Atau ini memang caraku untuk mengucapkannya
Terimakasih apa pun itu
Semoga saling menyelipkan nama dalam doa
P.S. sedang apa pun kamu sholatnya jangan lupa ya J
0 komentar:
Post a Comment