No comments
KKN 3rd Day
When the coffee time started
Thanks God for my new family :)
life is how the way you choose your choice and sure that it always be great scene
No comments
No comments
Saya sudah hidup selama 21 tahun lebih. Sudah ratusan bulan tentunya yang saya lewati. Tapi untuk satu bulan ke depan. Hhmmm serasa seperti lorong gelap yang akan segera saya lewati. Saya mau sebulan itu cepat berlalu. Dan 20 Desember 2011, saya ingin kamu !
Sebulan itu dalam bayangan saya seperti unlimited time. Sebulan itu dalam bayangan saya seperti ruang tanpa batas. Sebulan itu dalam bayangan saya seperti lorong tanpa ujung. Tapi saya harap sebulan itu dalam kenyataannya nanti adalah waktu yang menyenangkan.
P.S : December 20th, Please come fastly ! J
No comments
Ini hujan. Butir air yang turun dari langit. Ia lembut saat berbentuk gerimis. Namun ia begitu tajam ketika menjadi deras. Hujan apapun itu ia adalah air. Dengan awal bau tanah yang menenangkan dan meregangkan pekatnya aroma lelah yang mengikat raga.
Aku ingat hujan di bawah jembatan layang. Menantinya sejenak mereda sebenarnya seperti memaksa sesuatu menajdi nyata, sementara ia hanya memiliki 0,5 persen harapan. Itu hujan yang aneh dan beku.
Aku juga masih ingat hujan ketika berada dalam sebuah ruangan beraroma kopi yang pekat saat malam semakin berani menunjukkan siapa dia. Terjebak tanpa berani untuk menantang hujan. Aku penakut. Juga kami, mungkin. Itu hujan dengan tawa yang lepas.
Aku masih ingat hujan di antara rimbunnya pepohonan. Hujan yang tak lembut dan juga tak deras. Hujan yang gelap. Seperti di dalam hutan. Hujan yang sekali pun tidak menyenangkan !
Tak juga aku lupa dengan hujan di teras ruko yang telah tutup itu. Berteduh dari hujan yang deras tak terkira dan petir yang dengan bahagia menggelegar.
Pada setiap masanya hujan datang dengan rasa yang berbeda. Dengan kenangan yang berbeda. Namun aku tetap merindukan hujan yang semakin lama waktuku untuk merindukannya.
Dulu aku pernah begitu angkuh kepada hujan. Bagiku ia tak akan pernah membuatku basah kuyup. Tapi ternyata aku salah. Hingga hujan sendiri lah yang melunturkan angkuhku.
Hujan…
Yang kali ini aku tidak lagi ingin angkuh. Aku tahu kamu dapat membuatku basah kuyup. Aku tahu kamu dapat membuatku menggigil kedinginan hingga matahari yang menyingkirkan dinginmu.
Hujan yang kali ini merdu ketika menyentuh tanah bumiku, sudah tak akan lagi kubiarkan diriku tak kau buat basah kuyup sekalipun telah ada payung kebahagiaan yang ada di guci ruang hatiku.
Kali ini aku tak akan memintamu untuk berhenti atau terus turun saja tanpa henti. Karena bagaimana pun kamu, kamu tetap hujan yang selalu menjadi bagian dari siklus bumiku.
Salam rindu,
Seribu peluk untuk hujan