Tuesday, August 22, 2017

1:21 PM - No comments

Mana Ada yang Enak di Jakarta

Mana ada yang enak dari Jakarta. Siang penuh polusi kendaraan bermotor.  Malam,  para bintang hampir selalu absen dari ranah langit malam. Pagi seperti pelit memberikan kesejukan layaknya di kota Jogja. Matahari seakan merangsek begitu cepat. Matahari seperti memiliki tahta yang lebih abadi di Jakarta. 

Mana ada yang enak dari Jakarta. Jika hanya untuk menempuh jarak satu kilometer saja harus bergumul dengan kemacetan yang tanpa ampun. Bahkan berjalan kaki rasanya akan jadi lebih cepat dibanding menunggangi mobil dengan mesin turbo. 


Mana ada yang enak dari Jakarta. Jika pada setiap lampu meeah terdengar klakson yang keras dan tak sabaran dari para pengemudi. Ada umpatan 'anjing' pada setiap hal yang membuat kesal, bahkan walau hanya untuk hal sepele. 


Mana ada yang enak dari Jakarta. Jika telinga-telinga mereka seakan tertutup dari rontaan masyarakat menengah ke bawah. Jika mata mereka seakan terselubungi selaput kemewahan. Seakan mereka lupa bagaimana seharusnya menjadi manusia. 


Mana ada yang enak dari Jakarta. Jika untuk mendapatkan seteguk air putih kita harus merogoh kocek. Jika untuk sebentang pemandangan hijau kita harus mengjinggapi kota yang jauh. 


Mana ada yang enak dari Jakarta. Jika hatiku harus terus menyingkirkan semua rasa sakit yang dulu pernah kau buat.  Jika ragaku harus terus berkutat dengan semua kesibukan yang selalu membuatnya hanya ingin tidur setiap memasuki pintu rumah. 


Mana ada yang enak dari Jakarta. Jika rumahku terasa jauh. Bahkan aku pun belum tau dimana rumahku

Friday, June 30, 2017

4:36 AM - No comments

Teruntuk Juni

Teruntuk Juni,


Terimakasih untuk tiga puluh hari yang engkau sediakan untukku
Untuk kesempatan yang tidak pernah sekalipun engkau sembunyikan dariku
Untuk semua jengkal bumi yang engkau jelajahi bersamaku


Terimakasih untuk panas dan hujan yang sudi engkau bagi bersamaku
Setiap tetes peluh dan air mata yang mungkin saja bisa membuatku menyerah
Tapi engkau tidak pernah membiarkanku menyerah


Terimakasih telah mengijinkanku menjumpaimu lagi
Setelah sebelas rangkaian lainnya yang penuh dengan rasa


Terimakasih telah memberiku hal-hal yang tidak mampu diberikan oleh siapapun
Kini aku semakin mengerti, ada hal-hal yang mungkin harus diterima dengan cara melepaskannya
Lalu ada hal-hal yang harus diikhlaskan dengan cara menerimanya


Terimakasih untuk mengijinkan aku merasakan pergi kemudian pulang
Karena sebuah pulang, terlebih dahulu membutuhkan sebuah pergi
Hingga nanti pada waktunya, aku akan menemukan tempat terbaik untuk pulang



Juni,


Jika bersamamu kali ini terasa semakin sepi,
Maka kau meyakinkanku bahwa,
Mungkin saja butuh untuk mengosongkan sebuah rumah lebih dahulu lalu menatanya kembali





~yang berusaha untuk tidak menantimu~




Tuesday, April 11, 2017

10:39 PM - No comments

Tuhan Sedang Baik

Tuhan sedang baik
Dia membiarkanku hancur melebur,
Hingga bahagia kecilpun terkubur

Tuhan sedang baik
Dia membiarkanku merengek pilu,
Tanpa ampun aku merasa kelu

Tuhan sedang baik
Dia membuatku mencari kesalahanku sendiri,
Membuatku tiada henti mengutuki diri setiap hari

Tuhan sedang baik
Dia menempatkanku pada titik paling sepi dalam hidup
Sampai aku tak rasa cahaya kecuali redup

Tuhan sedang baik
Ia membiarkanku melangkah pada jalan yang tak halus,
Membiarkanku merasa lelah dan pasrah, hingga tahu apa sebenarnya tulus

Tuhan sedang baik
Dalam jabaran doa tiada henti
Ternyata aku dibuatNya meniti

Tuhan sedang baik
Dibiarkannya aku merasa begitu sakit
Hingga hati enggan mengungkit

Tuhan sedang baik
Lalu disertakan-Nya aku pada duniamu
Dan dihadirkan-Nya engkau untuk ku jamu

Tuhan sedang baik
Dibuatnya aku mendengarmu melantunkan tilawah

Tepat satu shaf di depanku hingga aku paham rasanya mewah