Sunday, March 21, 2010

Layang-Layang Kertas Koran

Di tengah penatnya otak saya berfikir bagaimana menyelesaikan soal-soal advanced accounting, tiba-tiba saya teringa sesuatu. Layang-layang kertas koran. Ya. Sebuah layang-layang yang terbuat dari kertas koran. Sederhana bukan?

Mungkin ada beberapa dari kalian yang bertanya apa istimewanya sampai otak saya secara tiba-tiba dapat memikirkan benda itu. Hanya dari selembar kertas koran bukan?

Ya. Hanya dari selembar kertas koran. Kertas buram yang tipis. Penuh dengan tulisan. Dapat membuat tangan menjadi kotor jika terus menerus bersentuhan dengannya.

Tapi bagi saya alasan-alasan di atas tak dapat memenangkan keistimewaan layang-layang dari kertas koran bagi diri saya sendiri.

Kesederhanaan.

Itu lah yang membuat saya terpukau. Kejujuran. Lalu saat kesederhanaan dan kejujuran itu berbaur menjadi satu kemudian menjadi suatu kebiasaan maka, akan timbul lah sesuatu yang istimewa.

Seseorang yang sederhana dan jujur dalam kesehariannya jelas akan menorehkan suatu keistimewaan tersendiri bagi orang lain. Itu lah yang membuat layang-layang kertas koran istimewa di mata saya.

Sederhana bagi saya adalah sesuatu yang biasa. Biasa dengan hidupnya. Selalu merasa bersyukur atas apa yang telah dimilikinya. Bahkan penderitaan sekali pun. Sederhana adalah hal dimana segala sesuatu di dalam hidup kita berada pada suatu takaran yang pas.Tidak berlebih dan tidak kekurangan. Dapat kah anda mewujudkannya dalam suatu kemewahan?

Jujur bagi saya adalah sesuatu yang mahal di dunia ini. Apalagi saat ini. Adakah seorang pedagang yang berdagang dengan cara Rasulullah? Rasulullah saat berdagang, beliau memberi tahu kan berapa harga perolehan yang sebenarnya dari barang dagangannya, dan beliau mempersilahkan pembelinya untuk memberikan berapa keuntungan yang akan di dapat dari setiap barang yang dijualnya.

Kejujuran mengakui kesalahan dan kekurangan adalah hal yang berat dilakukan oleh manusia. Bahkan oleh diri saya sendiri. Saya masih merasa canggung saat saya harus mengakui kesalahan dan kekurangan saya. Apalagi di hadapan orang yang saya benci. Tapi, saat saya dapat mengakui kesalahan saya, saya akan merasakan suatu kelegaan tersendiri. Mulanya memang saya akan merasa seperti tak punya harga diri. Tapi, toh, siapa yang tahu berapa harga diri saya? Hanya yang menciptakan saya yang tahu berapa harga diri saya sebenarnya.

Di luar kekaguman saya akan kesederhanaan dan kejujuran di atas, ada hal lain yang membuat layang-layang kertas koran istimewa di mata saya. "Ini Sangat Sederhana". Bagi teman-teman saya yang pernah membaca cerpen saya itu, pasti lah mereka akan mengerti mengapa saya begitu mengagumi layang-layang kertas koran.

Jujur, dalam fikiran saya, saya ingin ada seseorang yang memberikan saya sebuah layang-layang kertas koran. Lalu si pemberi itu mengajak saya menerbangkan layang-layang itu di sebuah lapangan pada sore hari. Kami akan mengayuh sepeda kami masing-masing untuk menuju ke lapangan itu dan untuk pulang ke rumah. Lalu kami akan menikmati semburat senja pada langit sore. Hawa sore yang ceria dan penuh tawa. Bagi saya hal itu romantis. Jauh sangat romantis dibandingkan dengan candle light dinner. Suatu perwujudan cinta yang sederhana. Jujur. Lalu terbiasa. Kemudian saya akan merasakan kemegahannya.

Sedikit me-review cerpen saya yang saya sebutkan di atas. Cerpen itu sebenarnya adalah perpaduan antara kenyataan dan gombalisasi (red. khayalan). Wajar bukan jika saya berkhayal. Bagi saya khayalan saya adalah hal yang halal, karena saya adalah pengarang, bukan penulis. Dalam cerpen itu ada seorang tokoh, seorang lelaki. Dikisahkan lelaki itu adalah teman dekat dari si tokoh "Aku". Lalu pada salah satu bagian dari cerpen tersebut, si lelaki tadi memberikan sebuah layang-layang kertas koran kepada "Aku" dan mengajak si "Aku" untuk menerbangkan layang-layang tersebut di sebuah lapangan. Dengan sepeda mereka menuju lapangan itu. Di bawah semburat jingga langit sore mereka bercerita. Membumbungkan mimpi-mimpi mereka. Intinya cerpen tersebut mengisahkan tentang sebuah hubungan yang sederhana dan terbiasa, dan hubungan yang demikian adalah suatu hubungan yang megah, yang tak dapat dengan sekerdip mata dihilangkan.

Sampai saat ini saya masih menginginkan untuk menjadi sebuah layang-layang kertas koran dan saya juga (masih) mengimpikan mendapatkan sebuah layang-layang kertas koran. Jadilah seperti sebuah layang-layang kertas koran. Benda itu bukan sesuatu yang murahan, tapi sesuatu yang megah.

-Make Your Dreams Come True, Friends :D-

Tuesday, March 16, 2010

10:56 AM - No comments

LOVE LETTER

You and I have come so far
learning love as time goes by
We make mistakes along the way
I’m praying baby you will always stay


We’ve been together for so long
and our love keeps going strong
and though at times I made you cry
I’m hoping there is always one more try


All the things I do
I do it for you
I’ll always be true to you
I just want to share my life with you
and grow old with you
Love letter from me to you


You and I have come so far, baby
learning love as time goes by
We make mistakes along the way
I’m praying baby you will always stay
All the things I doI do it for you
I’ll always be true to you
I just want to share my life with you
and grow old with you
Love letter from me to you


All the things I do
I do it for you
I’ll always be true to you
I just want to share my life with you
and grow old with you
Love letter from me to you


Love letter, love letter
Love letter
Love letter, love letter
Love letter

you should check this one... http://www.4shared.com/file/71817415/dfd47eae/Tompi_-_My_Happy_Life_-_06_Lov.html?s=1

Tuesday, March 9, 2010

pernah menjadi bodoh

Sebagai manusia saya pernah menjadi bodoh. Bahkan kerap. Lalu bagaimana dengan anda? Pasti lah pernah. Anda akan sangat berbohong jika mengatakan “Saya tidak pernah menjadi bodoh sampai detik saya hidup saat ini.”

Bodoh.

Suatu kata sifat. Buruk? Baik? Dengan alasan? Tanpa alasan? Atau bahkan menjadi suatu alasan?

Bagi saya bodoh bisa berarti banyak. Saya bodoh bukan berarti saya tidak hidup. Atau saya hidup karena suatu kebodohan? Atau bisa saja saya hidup dengan banyak kebodohan?

Apakah saya merasa nyaman dengan menjadi bodoh? Apakah saya merasa hebat dengan menjadi bodoh? Apakah saya merasa tersiksa dan terhina dengan menjadi bodoh?

BELUM TENTU.

Saya merasa bodoh saat saya tidak dapat membuat orang lain mengerti atas apa yang ingin dia ketahui dan dia memilih untuk bertanya kepada saya. Jika suatu saat ada seseorang bertanya kepada anda mengenai siklus hujan yang sebenarnya, lalu anda menjelaskan siklus tersebut. Beberapa saat setelah orang tersebut mendengar penjelasan anda, wajahnya terlihat kosong. Maka, hal yang sesunggunya terjadi adalah, seperti menuangkan isi sebuah teko pada sebuah cangkir. Anda adalah sebuah teko, dan si penanya tadi adalah sebuah cangkir. Apa yang ada dalam diri anda (teko) pastilah akan tertuang pada sebuah cangkir tersebut. Jika anda berisi the manis, maka pada sebuah cangkir tersebut akan tertuang the manis. Jika anda berisi kopi hitam yang pahit, maka pada sebuah cangkir tersebut akan tertuang kopi hitam yang pahit. Lalu, saat anda berisi kosong alias tidak berisi apa pun, maka sebuah cangkir tersebut pun akan sama kosongnya pula.

Saya merasa bodoh. Saat saya tidak dapat atau saya lupa bersyukur kepada Tuhan saya atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Saya hanya seorang manusia biasa. Saya diciptakan tak lebih dari segumpal tanah. Lalu saya adalah debu di hadapan pencipta saya. Ditiup sedikit saja saya yang tadinya mengaku kuat pasti akan tumbang. Disentil seujung kuku saja saya pasti akan terjengkang. Lalu apa jadinya jika saya tak mempunyai rasa syukur? Apa jadinya jika saya lupa bersyukur? Apa kah tindakan saya tersebut akan seimbang dengan, bila semua nikmat-Nya di ambil dari diri saya?

Saya sangat amat sangat merasa bodoh, saat saya mendapati ternyata kemampuan saya tak setinggi nilai yang saya dapatkan. Pernah kah anda berada pada satu keadaan dimana anda mendapatkan nilai A, tapi anda tidak dapat menjawab pertanyaan mendasar dari hal dimana anda mendapatkan nilai sempurna tersebut. Bukan kah lebih baik jika anda mendapatkan nilai B, tapi saya dapat menjelaskan segala hal dengan bahasa saya dan orang lain akan mengerti atas apa yang saya jelaskan.

Tapi terkadang saya merasa nyaman saat saya menjadi bodoh. Saya merasa aman saat saya menjadi bodoh. Jika saya bodoh, maka saya tak harus mengerjakan sesuatu yang susah. Saat saya bodoh, saya tidak harus memikirkan hal-hal rumit. Saat saya bodoh, saya dapat hanya terus tidur sepanjang hari.

Saat saya bodoh pula, saya tak akan merasa saya pintar lalu menjadi sombong. Terkadang kebodohan dapat melindungi diri dari suatu kesombongan. Tak jarang pula, saat saya menjadi bodoh, saya tak harus memiliki banyak pesaing atau bahkan musuh untuk menjadi sesuatu yang baik.