tell you about
No comments
Layang-Layang Kertas Koran
Di tengah penatnya otak saya berfikir bagaimana menyelesaikan soal-soal advanced accounting, tiba-tiba saya teringa sesuatu. Layang-layang kertas koran. Ya. Sebuah layang-layang yang terbuat dari kertas koran. Sederhana bukan?
Mungkin ada beberapa dari kalian yang bertanya apa istimewanya sampai otak saya secara tiba-tiba dapat memikirkan benda itu. Hanya dari selembar kertas koran bukan?
Ya. Hanya dari selembar kertas koran. Kertas buram yang tipis. Penuh dengan tulisan. Dapat membuat tangan menjadi kotor jika terus menerus bersentuhan dengannya.
Tapi bagi saya alasan-alasan di atas tak dapat memenangkan keistimewaan layang-layang dari kertas koran bagi diri saya sendiri.
Kesederhanaan.
Itu lah yang membuat saya terpukau. Kejujuran. Lalu saat kesederhanaan dan kejujuran itu berbaur menjadi satu kemudian menjadi suatu kebiasaan maka, akan timbul lah sesuatu yang istimewa.
Seseorang yang sederhana dan jujur dalam kesehariannya jelas akan menorehkan suatu keistimewaan tersendiri bagi orang lain. Itu lah yang membuat layang-layang kertas koran istimewa di mata saya.
Sederhana bagi saya adalah sesuatu yang biasa. Biasa dengan hidupnya. Selalu merasa bersyukur atas apa yang telah dimilikinya. Bahkan penderitaan sekali pun. Sederhana adalah hal dimana segala sesuatu di dalam hidup kita berada pada suatu takaran yang pas.Tidak berlebih dan tidak kekurangan. Dapat kah anda mewujudkannya dalam suatu kemewahan?
Jujur bagi saya adalah sesuatu yang mahal di dunia ini. Apalagi saat ini. Adakah seorang pedagang yang berdagang dengan cara Rasulullah? Rasulullah saat berdagang, beliau memberi tahu kan berapa harga perolehan yang sebenarnya dari barang dagangannya, dan beliau mempersilahkan pembelinya untuk memberikan berapa keuntungan yang akan di dapat dari setiap barang yang dijualnya.
Kejujuran mengakui kesalahan dan kekurangan adalah hal yang berat dilakukan oleh manusia. Bahkan oleh diri saya sendiri. Saya masih merasa canggung saat saya harus mengakui kesalahan dan kekurangan saya. Apalagi di hadapan orang yang saya benci. Tapi, saat saya dapat mengakui kesalahan saya, saya akan merasakan suatu kelegaan tersendiri. Mulanya memang saya akan merasa seperti tak punya harga diri. Tapi, toh, siapa yang tahu berapa harga diri saya? Hanya yang menciptakan saya yang tahu berapa harga diri saya sebenarnya.
Di luar kekaguman saya akan kesederhanaan dan kejujuran di atas, ada hal lain yang membuat layang-layang kertas koran istimewa di mata saya. "Ini Sangat Sederhana". Bagi teman-teman saya yang pernah membaca cerpen saya itu, pasti lah mereka akan mengerti mengapa saya begitu mengagumi layang-layang kertas koran.
Jujur, dalam fikiran saya, saya ingin ada seseorang yang memberikan saya sebuah layang-layang kertas koran. Lalu si pemberi itu mengajak saya menerbangkan layang-layang itu di sebuah lapangan pada sore hari. Kami akan mengayuh sepeda kami masing-masing untuk menuju ke lapangan itu dan untuk pulang ke rumah. Lalu kami akan menikmati semburat senja pada langit sore. Hawa sore yang ceria dan penuh tawa. Bagi saya hal itu romantis. Jauh sangat romantis dibandingkan dengan candle light dinner. Suatu perwujudan cinta yang sederhana. Jujur. Lalu terbiasa. Kemudian saya akan merasakan kemegahannya.
Sedikit me-review cerpen saya yang saya sebutkan di atas. Cerpen itu sebenarnya adalah perpaduan antara kenyataan dan gombalisasi (red. khayalan). Wajar bukan jika saya berkhayal. Bagi saya khayalan saya adalah hal yang halal, karena saya adalah pengarang, bukan penulis. Dalam cerpen itu ada seorang tokoh, seorang lelaki. Dikisahkan lelaki itu adalah teman dekat dari si tokoh "Aku". Lalu pada salah satu bagian dari cerpen tersebut, si lelaki tadi memberikan sebuah layang-layang kertas koran kepada "Aku" dan mengajak si "Aku" untuk menerbangkan layang-layang tersebut di sebuah lapangan. Dengan sepeda mereka menuju lapangan itu. Di bawah semburat jingga langit sore mereka bercerita. Membumbungkan mimpi-mimpi mereka. Intinya cerpen tersebut mengisahkan tentang sebuah hubungan yang sederhana dan terbiasa, dan hubungan yang demikian adalah suatu hubungan yang megah, yang tak dapat dengan sekerdip mata dihilangkan.
Sampai saat ini saya masih menginginkan untuk menjadi sebuah layang-layang kertas koran dan saya juga (masih) mengimpikan mendapatkan sebuah layang-layang kertas koran. Jadilah seperti sebuah layang-layang kertas koran. Benda itu bukan sesuatu yang murahan, tapi sesuatu yang megah.
-Make Your Dreams Come True, Friends :D-