tell you about
No comments
pernah menjadi bodoh
Sebagai manusia saya pernah menjadi bodoh. Bahkan kerap. Lalu bagaimana dengan anda? Pasti lah pernah. Anda akan sangat berbohong jika mengatakan “Saya tidak pernah menjadi bodoh sampai detik saya hidup saat ini.”
Bodoh.
Suatu kata sifat. Buruk? Baik? Dengan alasan? Tanpa alasan? Atau bahkan menjadi suatu alasan?
Bagi saya bodoh bisa berarti banyak. Saya bodoh bukan berarti saya tidak hidup. Atau saya hidup karena suatu kebodohan? Atau bisa saja saya hidup dengan banyak kebodohan?
Apakah saya merasa nyaman dengan menjadi bodoh? Apakah saya merasa hebat dengan menjadi bodoh? Apakah saya merasa tersiksa dan terhina dengan menjadi bodoh?
BELUM TENTU.
Saya merasa bodoh saat saya tidak dapat membuat orang lain mengerti atas apa yang ingin dia ketahui dan dia memilih untuk bertanya kepada saya. Jika suatu saat ada seseorang bertanya kepada anda mengenai siklus hujan yang sebenarnya, lalu anda menjelaskan siklus tersebut. Beberapa saat setelah orang tersebut mendengar penjelasan anda, wajahnya terlihat kosong. Maka, hal yang sesunggunya terjadi adalah, seperti menuangkan isi sebuah teko pada sebuah cangkir. Anda adalah sebuah teko, dan si penanya tadi adalah sebuah cangkir. Apa yang ada dalam diri anda (teko) pastilah akan tertuang pada sebuah cangkir tersebut. Jika anda berisi the manis, maka pada sebuah cangkir tersebut akan tertuang the manis. Jika anda berisi kopi hitam yang pahit, maka pada sebuah cangkir tersebut akan tertuang kopi hitam yang pahit. Lalu, saat anda berisi kosong alias tidak berisi apa pun, maka sebuah cangkir tersebut pun akan sama kosongnya pula.
Saya merasa bodoh. Saat saya tidak dapat atau saya lupa bersyukur kepada Tuhan saya atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Saya hanya seorang manusia biasa. Saya diciptakan tak lebih dari segumpal tanah. Lalu saya adalah debu di hadapan pencipta saya. Ditiup sedikit saja saya yang tadinya mengaku kuat pasti akan tumbang. Disentil seujung kuku saja saya pasti akan terjengkang. Lalu apa jadinya jika saya tak mempunyai rasa syukur? Apa jadinya jika saya lupa bersyukur? Apa kah tindakan saya tersebut akan seimbang dengan, bila semua nikmat-Nya di ambil dari diri saya?
Saya sangat amat sangat merasa bodoh, saat saya mendapati ternyata kemampuan saya tak setinggi nilai yang saya dapatkan. Pernah kah anda berada pada satu keadaan dimana anda mendapatkan nilai A, tapi anda tidak dapat menjawab pertanyaan mendasar dari hal dimana anda mendapatkan nilai sempurna tersebut. Bukan kah lebih baik jika anda mendapatkan nilai B, tapi saya dapat menjelaskan segala hal dengan bahasa saya dan orang lain akan mengerti atas apa yang saya jelaskan.
Tapi terkadang saya merasa nyaman saat saya menjadi bodoh. Saya merasa aman saat saya menjadi bodoh. Jika saya bodoh, maka saya tak harus mengerjakan sesuatu yang susah. Saat saya bodoh, saya tidak harus memikirkan hal-hal rumit. Saat saya bodoh, saya dapat hanya terus tidur sepanjang hari.
Saat saya bodoh pula, saya tak akan merasa saya pintar lalu menjadi sombong. Terkadang kebodohan dapat melindungi diri dari suatu kesombongan. Tak jarang pula, saat saya menjadi bodoh, saya tak harus memiliki banyak pesaing atau bahkan musuh untuk menjadi sesuatu yang baik.
0 komentar:
Post a Comment