Dulu saya menyebut dan menganggapnya rumah. Tempat saya berteduh dan melepas lelah sejenak. Tempat dimana saya tidak lagi merasa hampa dan dimana saya mendapat kehangatan. Di sana saya menemui tawa. Lepas namun bermakna. Kalian tahu? Saya bahagia. Bahagia seperti seorang anak kecil yang diajak bermain layang – layang oleh si kakak.
Dulu saya menyebut dan merasanya ranjang. Dimana saya dapat membinasakan kantuk yang menggelantung. Dimana saya dapat merasakan betapa segarnya setelah bangun tidur. Kalian tahu? Saya merasa begitu nyaman. bahkan tanpa selimut hangat maupun bantal dan guling.
Dulu saya menyebutnya kotak kebahagiaan. Kecil namun berkesan. Kotak itu memang Nampak kecil dari luar. Namun, saat kalian melongok ke dalamnya. Sungguh, begitu luas. Saya dapat menata semua buku – buku favorit saya, saya dapat memajang lukisan – lukisan masa kecil saya, dan saya dapat meletakkan boneka – boneka kesayangan saya. Kotak itu memuat banyak pelajaran. Pelajaran menghargai, menyayangi, menerima, dan memaafkan. Saya menyayangi kotak itu. Sungguh. Lebih dari yang anda tahu.
Dulu saya mau menghabiskan seharian waktu hingga larut malam di sana. Bercerita lalu menertawakan. Saya pun belajar untuk berani. Berani pada malam. Malam tidak lagi menakutkan. Saya tidak lagi takut malam dan jalanannya. Ya. saya berani J
Sekarang, saya merasa semuanya hilang. Perlahan tapi terus berjalan. Saya tidak tahu bagaimana menghentikan kehilangan ini. Kalian bilang, “senyum”. Saya sudah tersenyum, bahkan juga tertawa. Tapi kehilangan yang perlahan itu belum juga berhenti.
Sungguh, saya merindukan rumah saya, ranjang saya, dan kotak kecil saya. Saya merindukan kebahagiaan seorang anak kecil yang diajak bermain layang – layang oleh si kakak. Saya merindukan alunan cerita yang terlantun hingga larut malam, juga ledakan tawa hingga mata berair. Hey, dimana kalian semua?