Monday, May 30, 2011

1:53 AM - No comments

Untuk Langit

Sudah lama aku menunggu
Dengan segala redamnya rasa
Meremuk sudah semuanya bahkan Hingga melengket ke dinding duka



Sudah lama aku merindu
Atas segala semburat agung terpuja
Tak pernah ku puja lainnya
sungguh.
Hanya kamu.



Hangatnya itu masih saja dapat terbayang,
Meski entah sudah berapa lama Berkalang karat
Tak pernah lekang, walau nanti semua pudar



Nyaris memang, mirisnya tak terperi
hingga nanti, sungguh




Biru,
Kamu tenang di sana
Lalu aku bahagia
Semesta menyambut senyum tanpa nyinyir




Jingga,
Kamu hangat tak terelak
Lalu aku merindu setengah mati
Bumi tak pernah mampu menolak siluet manjamu




Untuk langit,
Aku di sini
Di sini tempatku,
Di atas bumi yang terus bergejolak



Untuk langit,
Aku tak pernah patah bermimpi memijakmu
Pasti terasa ringan dan halus




Untuk langit,
Bagaimana pun kamu,
Aku selalu merindu :)

Sunday, May 15, 2011

11:30 PM - No comments

Hey :)

Hey, ini hati
Hati yang dulu pernah beku
Terbekukan atau dibekukan

Hey, ini hati
Hati yang pernah terkurung
Terkurung dalam rasa yg dikira setia

Hey, ini hati
Hati yang selalu menanti ketepatan
Ketepatan dalam ketetapan pemegangnya

Hey, ini hati
Hati yang masih menunggu imamnya
Imam yang memimpin dan melindungi

Hey, ini hati
Hati yang masih dapat untuk digubah
Digubah menjadi lembut dan menyayang

Hey, ini hati
Hati yang masih dapat tersentuh
Tersentuh oleh hati yang tulus menyentuh

Hey, ini hati
Hati untuk kamu
Siapa pun kamu :)

Wednesday, May 11, 2011

1:03 PM - No comments

Missing

Dulu saya menyebut dan menganggapnya rumah. Tempat saya berteduh dan melepas lelah sejenak. Tempat dimana saya tidak lagi merasa hampa dan dimana saya mendapat kehangatan. Di sana saya menemui tawa. Lepas namun bermakna. Kalian tahu? Saya bahagia. Bahagia seperti seorang anak kecil yang diajak bermain layang – layang oleh si kakak.

Dulu saya menyebut dan merasanya ranjang. Dimana saya dapat membinasakan kantuk yang menggelantung. Dimana saya dapat merasakan betapa segarnya setelah bangun tidur. Kalian tahu? Saya merasa begitu nyaman. bahkan tanpa selimut hangat maupun bantal dan guling.

Dulu saya menyebutnya kotak kebahagiaan. Kecil namun berkesan. Kotak itu memang Nampak kecil dari luar. Namun, saat kalian melongok ke dalamnya. Sungguh, begitu luas. Saya dapat menata semua buku – buku favorit saya, saya dapat memajang lukisan – lukisan masa kecil saya, dan saya dapat meletakkan boneka – boneka kesayangan saya. Kotak itu memuat banyak pelajaran. Pelajaran menghargai, menyayangi, menerima, dan memaafkan. Saya menyayangi kotak itu. Sungguh. Lebih dari yang anda tahu.

Dulu saya mau menghabiskan seharian waktu hingga larut malam di sana. Bercerita lalu menertawakan. Saya pun belajar untuk berani. Berani pada malam. Malam tidak lagi menakutkan. Saya tidak lagi takut malam dan jalanannya. Ya. saya berani J

Sekarang, saya merasa semuanya hilang. Perlahan tapi terus berjalan. Saya tidak tahu bagaimana menghentikan kehilangan ini. Kalian bilang, “senyum”. Saya sudah tersenyum, bahkan juga tertawa. Tapi kehilangan yang perlahan itu belum juga berhenti.

Sungguh, saya merindukan rumah saya, ranjang saya, dan kotak kecil saya. Saya merindukan kebahagiaan seorang anak kecil yang diajak bermain layang – layang oleh si kakak. Saya merindukan alunan cerita yang terlantun hingga larut malam, juga ledakan tawa hingga mata berair. Hey, dimana kalian semua?