Saturday, September 29, 2012

10:47 AM - No comments

Sudut Baru

Di suatu titik aku bertolak
Mencoba melangkah di luar kenyamanan
Di luar garis kehangatan
Aku mencoba untuk berdiri benar - benar sendiri



Lalu aku sampai di sini
Di tanah yang tak pernah kucium baunya sama sekali
Bahkan tak pernah terbayangkan olehku



Mimpi ternyata bisa terbang kemana saja
Kemana pun ia mau
Tak kenal arah dan rencana
Tak peduli keasingan atau kehangatan
Mimpi ternyata bisa menjadi begitu asing,
Dan aku terbawa oleh mimpiku sendiri
Terdampar di sisi lain bumi



Kali ini aku bukan lagi tergeletak,
Aku masih membawa energi yang dulu begitu hangat
Dan kini aku harus mulai memiliki energiku sendiri,
Jauh dari selimut hangatku,
Aku lah yang harus merajut selimut hangatku sendiri,
Untukku dan untukmu, 
Kamu, siapa pun, bagaimana pun, apa pun itu



Ini hanya tinggal kebiasaan,
Bagaimana aku terbiasa dengan senja yang berbeda
Bagaimana aku terbiasa dengan hawa pagi yang tak sama
Tapi aku tak pernah mampu terbiasa untuk tak merindu


Kolong langit, 
Sediakan sepetak tempat untukku
Untukku menikmati bintang dan bulan seperti di sana
Untukku menatap mendung yang lalu menjadi hujan
Untukku berebah dari lelah
Untukku tetap menikmati cangkir - cangkir rindu


Di sudut ini,
Sudut yang baru saja aku tempati
Sudut yang baru saja tata,
Sekali pun aku sendirian di sudut baru nan asing ini,
Aku masih selalu merasakan rindu,
Di sudut nyaman yang berjarak 311 km dari ku :)


Friday, September 28, 2012

6:23 PM - No comments

You, Me and two cups of coffee :)

I'm waiting for this momment, always...


Only, you, me and two cups of coffee





When we can read each other. When I can look at your eyes. Then You can look at my eyes. We'll find the greatest thing that we need, for the future 








The times when i can share many things with you are the finest hour in my life 




There is no reason to love you,






And, oneday, i just can say 'YES' for the future that you offer to me :) 




*Sugar*











Wednesday, September 26, 2012

1:07 PM - No comments

Kamu, senja...


Senja, apa kabar kamu di sana? Apakah kamu masih hangat? Tidak kah kamu kehilangan suatu titik kecil di tengah kota? Aku merasa kehilangan di sini. Kehilanganmu. Aku kehilanganmu dalam hiruk pikuk kota yang jauh lebih besar dan jauh lebih berdenyut. Aku kehilanganmu dalam ketenggelamanku dengan hari baruku. Aku kehilanganmu selama aku masih ada di tempat yang tak sama denganmu, senja.

Senja, tidak kah kau menghitung lamanya hari yang berlalu semenjak akhir bulan lalu? Aku terus menghitungnya. Kulingkari dengan warna merah pada setiap angka yang berjalan. Selalu kuhitung cepat detik sebelum aku terpejam pada malam hari, berharap aku akan cepat sampai pada suatu waktu, dimana kugenggam tiket untuk pulang kepadamu. Senja.

Pernah kah di sana kau enggan untuk hadir di antara orang – orang yang masih mengharapkanmu, senja? Aku selalu ingin menuju kepadamu. Ingin menyandingmu kala malam belum siap untuk datang.

Senja, masih kah kau ingat langkah – langkah lelah yang selalu kutunjukkan kepadamu? Langkah yang selalu kuseret setiap kali aku putus asa. Lalu kau hanya tersenyum melihat ulahku. Kau tak pernah jenuh saat ku menghentakkan kaki berharap segala lelah rontok seketika ke jalanan aspal.

Senja, masih kah kau jadi temanku? Masih kah kau mengenalku saat aku kembali nanti? Saat aku kembali menyandingmu. Saat aku kembali menyeret langkah – langkah lelahku. Saat aku kembali mencari senyummu di antara tumpukan lelahku.


Senja, sekalipun di sini ada juga yang berwarna jingga. Tapi itu bukan kamu. Itu bukan senjaku.  Aku masih saja terus menunggu untuk kamu. Senja. Di kota tua. Pada titik nol kilometer.


Untuk rindu yang kuterbangkan pada jarak 311 km J