Wednesday, September 26, 2012

1:07 PM - No comments

Kamu, senja...


Senja, apa kabar kamu di sana? Apakah kamu masih hangat? Tidak kah kamu kehilangan suatu titik kecil di tengah kota? Aku merasa kehilangan di sini. Kehilanganmu. Aku kehilanganmu dalam hiruk pikuk kota yang jauh lebih besar dan jauh lebih berdenyut. Aku kehilanganmu dalam ketenggelamanku dengan hari baruku. Aku kehilanganmu selama aku masih ada di tempat yang tak sama denganmu, senja.

Senja, tidak kah kau menghitung lamanya hari yang berlalu semenjak akhir bulan lalu? Aku terus menghitungnya. Kulingkari dengan warna merah pada setiap angka yang berjalan. Selalu kuhitung cepat detik sebelum aku terpejam pada malam hari, berharap aku akan cepat sampai pada suatu waktu, dimana kugenggam tiket untuk pulang kepadamu. Senja.

Pernah kah di sana kau enggan untuk hadir di antara orang – orang yang masih mengharapkanmu, senja? Aku selalu ingin menuju kepadamu. Ingin menyandingmu kala malam belum siap untuk datang.

Senja, masih kah kau ingat langkah – langkah lelah yang selalu kutunjukkan kepadamu? Langkah yang selalu kuseret setiap kali aku putus asa. Lalu kau hanya tersenyum melihat ulahku. Kau tak pernah jenuh saat ku menghentakkan kaki berharap segala lelah rontok seketika ke jalanan aspal.

Senja, masih kah kau jadi temanku? Masih kah kau mengenalku saat aku kembali nanti? Saat aku kembali menyandingmu. Saat aku kembali menyeret langkah – langkah lelahku. Saat aku kembali mencari senyummu di antara tumpukan lelahku.


Senja, sekalipun di sini ada juga yang berwarna jingga. Tapi itu bukan kamu. Itu bukan senjaku.  Aku masih saja terus menunggu untuk kamu. Senja. Di kota tua. Pada titik nol kilometer.


Untuk rindu yang kuterbangkan pada jarak 311 km J

0 komentar:

Post a Comment