Tuesday, June 25, 2013

2:12 PM - No comments

PULANG

Kalau ada waktu dua puluh empat jam untukku dapat memelukmu tanpa terhenti. Tanpa terputus oleh rasa lapar. Tanpa perlu aku merasa mengantuk. Maka, akan kulakukan walaupun ada bintang di langit luar sana begitu menggoda untuk dilihat.

Kalau ada waktu tujuh hari penuh aku dapat menemanimu di dalam rumah sederhana ini. Tanpa kau perlu berteriak atas kesalahan – kesalahan kecilku. Tanpa aku perlu mendebat caramu dalam menjemur pakaian, yang menurutku begitu menyusahkanku. Aku akan selalu berada di dalam rumah bersamamu. Bertukar cerita. Menyesap cangkir – cangkir teh hangat atau es sirup cocopandan kesukaanmu.

Kalau ada waktu empat minggu untuk menemanimu pergi ke tempat mana pun yang kau inginkan, tanpa perlu terganggu oleh pekerjaan – pekerjaan dari duniaku. Maka, dengan senang hati aku akan mengantarkan dan menemanimu. Walau hanya sekedar melihat lembaran – lembaran kain di toko. Atau hanya sekedar mencoba – coba sepatu di toko yang selalu kita datangi saat aku pulang.

Jika ada duabelas bulan waktu untukku bisa merubah jalan hidupku seperti mimpi yang selalu kau ceritakan tanpa perlu aku membuatmu menaikkan nada bicaramu. Maka, sudah akan kulakukan sedari dulu. Sebelum kau menceritakannya berulang – ulang setiap hari. Walau aku harus selalu kehilangan sore hariku untuk menyesap kopi hitam hangat yang dicampur bubuk kayu manis dan gula palem kesukaanku. Walau aku harus menganggap meja di hadapan ku selayaknya kasur nyaman yang ada di kamarku sewaktu aku masih berumur lima tahun.

Tapi ijinkan di satu waktu kau lihat mimpiku di sini. Yang mungkin belum sempat aku ceritakan. Belum sempat aku tuliskan di halaman mana pun yang pernah tertoreh tulisanku. Yang belum pernah direkam oleh perekam apa pun di dunia ini. Coba lihat bagaimana sebenarnya aku mampu bahagia hanya dengan sekedar senyum pertama di bibir orang – orang yang aku sayangi, saat mereka terbangun dari tidur lelap mereka di pagi hari.

Sejauh apa pun aku berjalan dan berkelana. Seliar apa pun egoku menguasai diriku. Sekeras apa pun aku untuk tak mau mengikuti kata – katamu. Aku hanya selalu ingin PULANG.

PULANG ke pangkuanmu, sembari kau mengusap lembut rambutku dan membisikkan, “Jangan nakal ya, Nak”.