3:53 PM -
No comments
No comments
Untuk Bidadari yang Tuhan Kirimkan dari Surga - Nya
Hay, bidadari yang Tuhan kirimkan
dari surga-Nya,
Sudah lelah kah engkau berjalan
bersamaku di atas jalan yang tak pernah halus ?
Masih mampu kah engkau terus ada di
sampingku untuk mendaki bukit terjal ini ?
Aku melihat kedua matamu masih
memancarkan sinar yang sama
Segaris senyum masih terukir begitu
lembut di kedua sudut bibirmu
Genggaman tanganmu seolah
mengisyaratkan agar aku berjalan lebih pelan lagi,
Mungkin nafasmu sudah semakin
tersengal – sengal
Semua ini memang begitu terasa
menguras tenaga
Perjalanan untuk menuju suatu savanna
yang entah masih berapa jauh lagi
![]() |
| Picture from jiaeffendie.wordpress.com |
Hai, bidadari yang Tuhan kirimkan
dari surga-Nya,
Apakah kau masih sanggup melawan
semua yang dihakimkan orang kepada kita ?
Masih kah engkau memiliki harapan
yang sama denganku
Atau sekelumit ragumu kembali
bangkit dan memenangkan harapan untuk bahagia bersamaku ?
Jika gelap dan terang tak dapat
bersatu, lalu mengapa kita harus merasakan keduanya ?
Jika hidup hanya untuk menuju surga,
mengapa harus ada neraka yang seakan menghantui ?
“Harus berapa lama lagi kita
menyalahkan Tuhan?”
Pertanyaanmu seakan menghantam
nafasku yang juga mulai tersengal
Perjalanan ini seperti
penggembaraan yang tak ada ujungnya
Perjalanan yang tak memiliki ujung,
sekalipun kita tahu harus kemana kita berakhir
Perjalanan ini seakan menampikan
kuasa-Nya
Kuasa Dia yang mengirimkanmu
kepadaku
Hai, bidadari yang Tuhan kirimkan
dari surga-Nya,
Jika tautan kedua tangan kita ini
memang harus terlepas,
Maka, seperti katamu,
“Dia selalu memberikan kita
kebahagian dengan porsi yang sama, walau kita tak bersama”
~ Di ujung Senja ~
