Sunday, November 22, 2015

9:33 AM - No comments

Putaran Roda

pic by www.id.aliexpress.com
Sebut saja hidupku dan hidupmu masing-masing adalah sebuah roda yang selalu berputar
Mungkin kini poros kita sedang saling bertemu
Kuadran kita sedang saling melengkapi
Mungkin sejenak putaran kita berhenti atau sekedar melambat
Atau beri nama semaumu


Tidak perlu terlalu kau fikirkan bagaimana mauku
Seperti aku tidak perlu terlalu memikirkan bagaimana maumu
Pernahkah rahasia dibuka di awal?
Rahasia selalu dibuka pada akhir petualangan, bukan
Sebut saja hidup ini rahasia,
Aku dan kamu hanya tengah menjalani peran dengan skenario tak tertebak


Aku anggap, aku dan kamu hanya mampu menyusun hipotesis
Atau bahkan hanya sekedar harapan
Aku dan kamu hanya mampu merancang kenyataan di awal
Lalu berusaha membuat kenyataan-kenyataan baru,
Sebab begitu lah kita disebut hidup


Tidak perlu kamu menebak apa yang ada di dalam diriku
Karena nanti waktu yang akan memberitahumu lebih dari yang kamu inginkan
Setenang aku mencoba tidak ingin tahu apa yang ada di dalam dirimu


Sebut saja hidupku dan hidupmu masing-masing adalah roda yang selalu berputar
Atau kita masing-masing tengah bersinggah di tempat yang sama
Sembari menanti peran selanjutnya


Sebut saja hidupku dan hidupmu masing-masing adalah roda yang selalu berputar
Kita hanya mampu merancang daya dan gaya agar nanti poros kita  kembali saling bertemu
Itu juga jika doamu dan doaku sama





Ingin kembali bertemu






~Minggu ketiga~

Monday, November 16, 2015

5:53 AM - No comments

Senyum Untukku

Jika masih ada langkah kecilku mencoba berjalan ke arahmu,

Itu hanya sisa-sisa rindu yang masih belum mau pergi
Hanya sisa-sisa rasa yang sebentar lagi akan gugur



Jika masih ada senyum untuk membalas senyummu,
Itu hanya tahap penyembuhan terakhir atas hati yang pernah kau lukai
Aku bukan lagi tersenyum untukmu, tapi untukku



Sama halnya saat masih kau lihat bulan saat subuh telah berkumandang
Ia hanya sisa malam,
Bukan untuk berada bersama matahari di langit terang nanti



Karena sudah bukan waktunya lagi aku merindukanmu,
Yang tidak lagi dapat merindukanku



Sudah bukan masanya lagi aku menangisi harapan yang kerap kau tepis,
Yang ternyata bukan kau lah tujuanku



Terlalu salah alamat jika masih ada air mata mengeringi langkahmu yang mejauh,




Cukup lah kau lihat segaris senyum,



Yang bukan untukmu,






Tapi untukku

Sunday, November 15, 2015

12:16 PM - No comments

Hai Masa Depan yang Belum Tertebak

picture by www.bestofthebunch.co.nz
Hai lelaki yang pundaknya nanti menjadi sandaran bagi kepalaku,
Yang nanti kepalanya direbahkan ke pangkuanku
Masih kah kau terus berjalan mencari takdirmu?



Hai lelaki yang lengannya nanti tertaut oleh tanganku,
Yang kedua matanya selalu berusaha bersinar walaupun lelah
Belum kah kau selesai dengan takdirmu sekarang?



Hai lelaki yang jangkah kakinya lebih lebar dari jangkahku,
Yang punggungnya akan menanggung bebanku juga
Sudah kah kau merasa cukup dengan persinggahanmu saat ini?



Hai lelaki yang nantinya dengan berbesar jiwa mengambil tanggung jawab atasku dari ayahku,
Yang nantinya akan menjadi imam di dunia dan di akhirat
Tidak kau putus doa dan sujudmu, bukan?




Hai lelaki yang di sela sibukmu akan tetap menanyakan keadaanku,
Yang nantinya, setiap pagi wajahmu lah yang akan ku lihat pertama kali
Terus saja mencari takdirmu,
Selesaikan lah takdirmu yang sekarang hingga kau merasa cukup di persinggahanmu yang saat ini




picture by www.kevinobosi.com
Hai masa depan yang belum tertebak,
Semoga tangkupan doa kita tidak pernah terputus

Hingga tiba waktunya kita menangkupkan doa bersama untuk takdir kita selanjutnya

Thursday, November 12, 2015

1:36 PM - No comments

Penanti Takdir

Aku tidak pernah tahu bagaimana takdirku
Sebaik kamu tidak pernah tahu bagaimana takdirmu
Aku hanya mempersiapkan masa depanku semampuku
Selayak kau mempersiapkan masa depanmu semampumu



Takdir bukan hanya tentang menebak apakah bintang malam ini akan muncul
Masa depan bukan sekedar membuat hipotesis apakah cinta akan kekal
Tuhan tidak butuh menebak ataupun membuat hipotesis, bukan?



Sekalipun tanggal lahirku adalah dua kali tanggal lahirmu
Ketika jarak bulan lahir kita merupakan bagian dari deret aritmatika tanggal lahir kita
Tetap saja tidak ada pola untuk takdir dan masa depan



Tidak ada yang meragukan kemampuanmu dalam membaca deretan – deretan angka
Dan hanya sedikit yang meragukan kemampuanku membaca suasana
Hanya saja aku dan kamu tidak pernah mampu mengukur hati
Mengukur seberapa jauh jarak dua hati yang tidak dapat disamakan dengan jarak raganya
Mengukur kedalaman hati yang tidak akan sama dengan laut
Aku dan kamu tidak akan mudah membaca pola dari lingkaran yang tidak terduga



Aku dan kamu hanya sebagai pelaku
Hanya pelaut yang tengah mengarungi samudera tanpa tahu dimana tepian pantai akan ada





Aku dan kamu hanya dua langkah kaki,




Dua sosok tubuh,




Dua kumpulan harapan,




Dua tangkupan doa,




Dua penanti sekaligus pejalan takdir,




Seperti katamu,





Terkadang, akan lebih indah menjalani tanpa mengharapkan,





Daripada mengharapkan tanpa menjalani







~ Yogyakarta, awal musim hujan ~





Monday, November 2, 2015

4:55 PM - No comments

Semua Karena Terbiasa


 
Aku terbiasa menjadi aku dan kamu terbiasa menjadi kamu
Namun aku dan kamu tidak terbiasa menjadi kita
Mungkin belum terbiasa
Atau memang aku dan kamu tidak mampu terbiasa


Aku terbiasa berjalan dengan seluruh tubuhku,
Seluruh jiwa, raga, dan fikiranku
Aku terbiasa mengejar apa yang menjadi mimpiku
Dengan cara dan keyakinanku


Kamu terbiasa berlari dengan seluruh ambisimu,
Seluruh asa, peluh, dan keberanianmu
Kamu terbiasa memendam rasa
Lalu berbagi hanya kepada bintang sendu


Kemudian aku dan kamu bertemu pada satu titik takdir
Menyapa dan tersenyum, memulai mengenggam erat tangan masing – masing
Berharap dapat menyatukan asa, menepis keterasingan


Aku dan kamu terus mencoba segala cara
Mencoba untuk terbiasa
Aku dan kamu tidak jarang terjatuh
Langkahmu yang tidak jarang lebih panjang, kadang membuatku terpeleset
Langkahku yang harus terus menjadi cepat agar tetap beriringan denganmu
Aku dan kamu terus mencoba
Terjatuh, lalu saling membantu untuk berdiri kembali
Aku dan kamu tidak henti untuk saling terbiasa,
Terbiasa menjadi kita
Bukan lagi aku dan kamu


Tapi seperti kamu tahu,
Tidak mudah untuk menjadi terbiasa


Semoga memang belum terbiasa,
Bukan tidak mampu terbiasa

Jika semua karena terbiasa,
Maka aku ingin terbiasa denganmu
Terbiasa dengan kita
Hingga tidak lagi mampu untuk tidak terbiasa





~ Yogyakarta, November 2nd, 2015 ~