Friday, January 8, 2010

Jingga Kedua

jingga pada senja yang dulu tetap lah bernama jingga

jingga pada senja yang keesokanya pun masih bernama jingga

lalu jingga pada senja tadi adalah tetap jingga

semburatnya pada langit sore tetap lah berwarna jingga

senja yang menghantarkan matahari kembali ke peraduannya

menyambut rembulan yang mulai beraksi dan terus bercengkerama dengan para bintang hingga matahari kembali terbit nanti




pada senja kemarin masa lalu itu mengetuk pintuku

lalu pada senja tadi masa lalu itu masih mampir pada ruang tamuku

ia terus bercerita tentang sepenggal hidupnya

ia terus tersenyum lebar menguak segala bahagianya

lalu sepenggal kesedihan yang ditampakkannya kemudian

tak hanya itu, aku dapat menangkap setitik dusta pula pada aromanya



aku membiarkan masa lalu itu mengalir di hadapanku

tak pernah aku cegah, atau pun aku hindari

aku tetap berdiri di hadapannya

bahkan mencari celah yang penuh tanya

aku tetap berdiri entah hingga kapan

tak peduli ombak yang datang padaku telah membawa seluruh pasir yang ku pijak




aku mengenali senyum masa lalu itu,

setiap serak suaranya

setiap tawa nyaringnya

bahkan nyanyian anehnya

menangkap wajah bangun tidurnya

lafalnya mengucap salam

segala hal yang ku tahu tentangnya,

tapi..itu hanya sejumput tentangnya..

karena aku hanya mengitari sejumput waktu saja dengannya

tak ada yang perlu aku lupakan atau pun aku ingat

karena ia sudah pada posisinya,

datang,

menyapa,

bercerita,

lalu pergi...




pada senja tadi aku tersenyum lebar

entah hal bodoh atau apa aku membiarkannya terkuak di hadapanku

aku bahkan merasa bahagia tanpa sesak

sudah tak ada lagi teriakan rindu itu sejak lama

bahkan jauh sebelum ia mengetuk pintuku kembali

hujan di kala sore yang merusak warna jingga pada langit senja sudah aku taklukan..

aku, kamu, mereka, semua hal, dan segalanya adalah jingga...

0 komentar:

Post a Comment