Wednesday, July 14, 2010

4:32 PM - No comments

A Weird Empty Thing

Terkadang kita merasa menjadi seperti a weird empty thing. Muak dan penat dengan hidup kita sendiri. Dengan orang yang di sekitar kita. Dengan rutinitas. Ingin merasakan apa yang orang lain rasakan. Ingin mendapatkan apa yang orang lain dapatkan. Karena kita tidak dapat berbohong, bahwa terkadang, sering, atau bahkan selalu kita menginginkan apa yang orang lain inginkan.

Hidup selalu menuntut prioritas. Mana hal yang harus didahulukan dan mana hal yang (sedikit) dibelakangkan. Tapi, menentukan mana prioritas bukan lah hal yang mudah dalam hidup. Ya. Setidaknya begitu lah aku merasakannya. Memiliki sifat dasar sulit menolak sesuatu dan merasa sanggup melaksanakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan, tapi ternyata ‘rasa sanggup’ itu terasa bias, cukup membuat hidupku serasa so much weird empty.

Setiap hal pasti memiliki takdir bukan? Pada titik ini, aku hanya dapat berfikir bahwa, takdir ‘keyakinanku’ dan hal yang seharusnya ku jalankan sudah habis. Mungkin ini suatu kesalahan. Tapi aku juga tidak dapat men-judge begitu saja. Aku harus berfikir seribu kali untuk melakukan itu. Ini adalah keputusan yang sudah ku buat. Aku sudah ada di dalam sebuah ruangan yang interiornya telah aku pilih sendiri. Mulanya aku merasa nyaman di dalam ruangan itu, tapi ternyata kenyamanan itu terasa begitu sefiktif dongeng Cinderela. Mungkin akan banyak orang yang tidak menyukai kalimat – kalimat ini. Tapi pada siapa lagi aku akan jujur jika bukan pada kalimat – kalimatku. Hanya ‘kalimat’ lah yang tak dapat aku bohongi. Alibiku tak berlaku pada ‘kalimat’. ‘Kalimat’ seperti menjadi makhluk yang paling mengetahui kebenaran hati seseorang.

Di tengah penat yang datang memburu, terbesit keinginan untuk mengasingkan diri. Entah sementara atau selamanya. Menginstal ulang semua yang telah aku jalani. Merubah hidupku, bukan membenahi. Atau akan lebih baik membenahi? Walaupun sulit.

Mengasingkan diri ke suatu tempat. Berharap tidak lagi menemukan orang – orang yang dalam keseharian selalu aku temui. Merubah tema dalam hidupku. Intinya aku butuh untuk menjadi sesuatu yang baru. Sesuatu yang dapat mengontrol emosi dengan baik. Dapat lebih menyadari kemampuan diri sendiri. Dapat lebih merasa ikhlas saat kehilangan sesuatu. Yang pasti, lebih memiliki ketenangan dan kedewasaan batin dalam menghadapi banyak hal.

Ketenangan hidup? Bagi sebagian besar orang mungkin akan berkata, “masalah dalam hidup adalah hidup itu sendiri”. Karena masalah dan hidup adalah satu hal. Bukan dua hal. Masalah dan hidup adalah komponen solid yang mustahil untuk dipisahkan. Hidup tidak akan bernama hidup jika tidak memiliki rasa masalah. Tanpa bumbu masalah, hidup adalah mati. Bahkan, mati sendiri pun pada dasarnya tidak begitu saja mencapai yang namanya suatu ketenangan. Saat kita mati, malaikat akan mengajukan banyak pertanyaan tentang amalan – amalan kita selama hidup di dunia. Jika apa yang kita lakukan selama di dunia menyalahi aturan agama Tuhan maka, kita akan disiksa. Begitu selanjutnya hingga hari kiamat tiba. Pada hari kiamat pun, kita tidak serta merta tenang. Dosa kita akan dibasuh dulu di neraka, baru surga akan menerima kita. Jadi, ketenangan hanya lah berada di surga.

Kalimat... pada detik aku menulis ini. Aku mengetahui satu hal. Masalah adalah hidup. Kehidupanku adalah menyelesaikan masalahku. Ketenangan adalah tujuan dari hidupku setelah mati. Yang artinya aku hanya ingin mendapatkan surga. Untuk mencapai surga, maka aku harus menyelesaikan semua masalahku sebaik aku mampu.

Hai, masalah J

Aku menyapamu dengan segala kegetiran dan harapan yang sanggup aku miliki. Aku hanya ingin menjadi apa adanya aku saat menghadapimu. Bukan menjadi sok kuat atau sok dewasa. Aku dengan emosiku, dengan keputus asaanku, dengan kekhawatiranku, dan dengan kemanusiawianku. Ketidak mampuanku menjadi 100% sebagai seorang manusia, mungkin akan membuatku terkadang menyelesaikanmu dengan tidak sempurna pula. Saat itu lah aku mulai menabung pada tabungan kesalahanku.

Hai, Tuhan yang baik J

Aku sungguh berterimakasih sekali lagi atas kehidupanku. Atas masalah dan hidup. Atas bahagia dan derita. Atas kepenatan yang berkali – kali aku hujat. Tuhan yang baik, aku hanya akan benar – benar menjadi a weird empty thing saat benar – benar jauh dari-Mu. Jadi, dekatkan aku selalu dengan jalan menuju surga-Mu, wahai Tuhan yang baik J

Hai, teman – teman J

Terimakasih atas segala cercaan dan sedikit pujian. Untuk banyaknya iriku atas kalian. Untuk semangat yang berkali – kali aku minta.

Yang tercinta, secangkir kopi J

Aku hanya dapat mengatakan, terimakasih atas rasa manis dan pahitmu.atas aroma yang indah dan tak dapat aku tinggalkan, walau banyak orang yang membencimu ada di dekatku. Untuk warna hitam dan coklat yang selalu aku cintai. Terimakasih sudah menemaniku terbangun dan menidurkanku. Atas rasa pusing dan mual, saat aku bangun dari tidur setelah sebelumnya meminummu.

Yang tersayang, kamarku dan seluruh isinya yang berantakan J

Sudah mau menjadi sampah bagi kehidupanku adalah hal yang begitu lapang dada. Sebenarnya kau dibangun untuk dirawat dan menyerap kebahagiaan. Tapi aku malah memberikan lebih banyak ketidak bahagiaan. Aku begitu jarang membuatmu rapi. Atas hangat, panas, dan dingin yang menjadi cuacaku di dalammu.

Yang terhormat, keluargaku J

Cinta yang tidak pernah untuk aku katakan. Yang mungkin tidak akan sanggup aku eja dengan C-I-N-T-A atau S-A-Y-A-N-G. untuk segala amarah yang tertumpah. Atas segala tuntutan dan keharusan. Kemanjaan dan ketidaksukaan. Dan untuk munculnya kehidupanku.

Yang tak terpisah, kehidupanku J

Aku = kamu. Kamu = aku. Tidak ada yang dapat memisahkan kita. Hatiku, fikiranku, tubuhku, dan sekitarku adalah kamu = aku. Selalu menjadi lebih baik ya. Karena Tuhan yang baik, selalu memberikan apa yang aku = kamu butuhkan. Selalu ingat kepada Tuhan yang baik ya.

JJJ


0 komentar:

Post a Comment