No comments
Sejenak, Dia....
Kali ini bukan anda
Hanya sekali waktu ini saja Dia muncul
Kenangan yang terlelap itu kembali,
Menggeliat menari malu nan manja
Semua masih sama seperti kala jingga itu,
Walau aku sudah lupa bagaimana semburat jingga itu
Jalanan itu memang sedikit berubah, namun kenangan itu masih sama seperti sebelum ia teridur
Waktu memang merajai perubahan, namun tidak pernah sekali pun merajai kenangan
J
Malam kemarin saya benar – benar merasakan suatu keajaiban. Merasakan seperti hidup saya ada di dalam cerita sinetron atau film yang kerap saya tonton. Ini tentang kisah yang sudah bertahun – tahun berlalu. Kenangan yang lama sekali tertidur manis. Ya. Bahkan saya sudah jauh memulai hidup saya yang baru dengan banyak tokoh baru.
Entah merupakan suatu kebetulan atau bukan, siang kemarin saya merindukan sebuah jalan yang memiliki kenangan yang begitu klasik bagi saya. Tiga buah gedung yang pernah saya ceritakan. Sembari menghindari hujan angin saya mampir ke gedung kedua. Sejenak saya merasakan siluet kenangan itu menari gemulai namun malu – malu. Saya lalu beranjak ke gedung pertama. Hanya sejenak memang, tapi cukup bagi saya untuk memanjakan kenangan saya yang begitu lama tertidur.
Kali ini bukan tentang Anda. Tapi tentang Dia. Yang lama hilang dan tak pernah berusaha saya cari. Tentang jingga yang lama tak saya nikmati. Pendar jingganya pun saya lupa bagaimana.
Dari balik kaca lebar itu dengan ragu saya mengenali Dia. Di bawah cahaya bulan yang kalah oleh mendung. Hawa dingin di luar itu begitu menusuk tulang. Dengan segala kekuatan saya mendekat kepada Dia. Mencoba membuat semuanya seperti dimulai dari awal. Dan benar saja. Itu Dia. Itu kenangan yang tadinya tertidur manis. Kenangan yang tak pernah mau pergi. Itu jingga yang dulu selalu saya rindukan. Senyum itu masih sama seperti saat jingga kala itu. Suara itu masih dapat saya kenal walau memang sedikit berubah. Wajah itu Nampak lebih dewasa dari kala senja itu. Sorot mata itu yang membuat saya yakin hujan tak akan membuat saya basah kuyup. Tuhan… itu benar Dia. Kali ini bukan dengan sandal jepit hijaunya. Tapi itu tetap Dia. Waktu memang menguasai perubahan, namun ia tidak menguasai kenangan tentang Dia.
Semua seperti sebuah kebetulan yang terencana. Sudah lama sekali saya tidak berdoa tentang Dia. Atau ini kah jawaban doa yang lama dulu?
0 komentar:
Post a Comment