Thursday, January 13, 2011

12:35 PM - No comments

Tentang Sahabatku :) #1

Sahabat, tahu kah kau betapa aku mengagumimu dalam banyak hal? Dalam semangatmu menjalani mimpi lalu nantinya kau menikmati dengan begitu bahagia. “Mimpi itu ada untuk dituju dan dijalani, lalu nantinya kita akan menikmatinya,” itu katamu.

Kau tahu, sudah sering kali aku melihatmu terpeleset, terjatuh, dan terpelanting. Namun, hanya sesekali yang begitu jarang aku mendengarmu mengeluh lirih “sakit”. Sebegitu kuatnya kah kau? Aku selalu terkesima dengan caramu kembali bangun dari jatuhmu. Tersenyum pada luka yang menggores di kulitmu. Menepuk halus pada bajumu yang terkena debu dan perlahan debu itu pun pergi. Aku selalu takjub pada tawa yang pecah setelah kau terpelanting di jalanan aspal, kau anggap itu lelucon lalu berkata, “aku baik – baik saja, sahabat”. Aku juga tak habis fikir, bagaimana kau dapat menganggap semua rasa sakitmu itu sebagai bagian dari kebahagiaanmu.

“Hidup itu bahagia, sahabat,” katamu kepadaku di suatu hari. Aku hanya mengangguk. “Rasa sakit dan putus asa itu adalah bagian dari kebahagiaan. Mereka adalah bahan baku bagi kue yang bernama kebahagiaan. Mimpi adalah kumpulan resep dari masakan – masakan yang bernama kesuksesan.”

“Lalu bagaimana kalau rasanya pahit?” tanyaku kemudian.

Kau tersenyum bijak dan kembali berkata, “Bukan kah wajar jika sesekali kita mengecap pahit. Toh, Tuhan yang baik menciptakan lidah kita tak hanya untuk mengecap satu jenis rasa saja. Yang perlu kau lakukan hanya menikmatinya, sahabat.”

Selalu saja ada hal yang membuatku kagum dan bangga padamu, sahabat. Sekali pun itu hal kecil. Karena bagimu, hal kecil adalah penyokong dari sesuatu yang besar. “Perkuat lah hal kecilmu, sahabat. Karena sesungguhnya hal kecil itu adalah kekuatan bagi hal besar,” aku masih mengingat apa yang kau katakan.

Berkali – kali sahabat, aku memintamu untuk berhenti sejenak. Untuk sesaat saja beristirahat saat kelelahan dengan begitu samar terlukis di wajahmu. Tau kah kau, sahabat? Aku kerap merasa ingin menarikmu ke dalam sebuah ruangan, dimana kau dapat sejenak beristirahat. Sejenak meneguk minuman dingin yang menyegarkan. Aku kelu melihatmu terus berjalan lalu berlari, dan sesaat kemudiannya terjatuh lalu terluka. Lalu kembali dengan senyum bijakmu kau berkata, “jika memang sudah waktunya aku beristirahat, maka dengan sendirinya aku akan beristirahat, sahabat.”

Entah apa sumber kekuatan dan semangatmu. Seberapa besar menariknya tujuan hidupmu. Sebegitu mudah kah tujuanmu itu mengalahkan rasa sakit dan lelahmu?

Untuk kesekian kalinya kau terjatuh lagi, sahabat. Kali ini karena semak belukar yang merasa iri pada langkah lincahmu. untuk kesekian kalinya pula kau terluka. Kali ini aku mendengar lirihmu, “sakit.” Aku mampu melihatmu meringis walau begitu samar. Aku lalu mendatangimu yang masih juga belum bangun dari jatuhmu.

“Beristirahat lah sejenak, sahabat. Akan ku buatkan kau secangkir teh hangat dan sembari aku membersihkan lukamu,” kataku sambil membantumu berdiri.

Kau lalu tersenyum bijak seperti biasanya, “Terimakasih, sahabat. Tapi aku masih harus menuju tujuanku. Nanti ada waktuku sendiri untuk beristirahat. Tidak perlu kau khawatir, sahabat. Saat nanti aku beristirahat, akan kubuatkan kau secangkir teh hangat, sahabat”.

0 komentar:

Post a Comment