No comments
~ #2
Dalam hati aku berkata, “Ini Tuhanku”.
Lalu aku bertanya, “Ada berapa Tuhan?”
Aku lalu berfikir dan bagiku, “hanya ada satu Tuhan. Tuhan itu Esa”.
Ya. Tuhan itu satu. Bukan dua, tiga, atau lima.
Lalu mengapa kami menyebut Tuhan dengan berbagai nama dan menyembah – Nya dengan berbagai cara?
Itu keyakinan. Ya. keyakinan. Aku meyakini dengan caraku, dengan lafal yang kerap kuucap. Mereka pun begitu. Aku tidak menyalahkan mereka yang berbeda dariku. Entah sesungguhnya aku salah atau tidak?
Bukan kah Tuhan sudah membentangkan banyak jalan dan cara? Lalu kita manusia dipersilahkan memilihnya. Tuhan tidak pernah memaksa, bukan? Jika Tuhan memaksa, maka jadi lah kami ini berpegang pada keyakinan yang sama. Jadi lah kami menyebut Tuhan dengan satu nama, jadi lah kami ini menyembah Tuhan dengan satu cara.
Tuhan itu sempurna. Ia indah. Ia mengesankan.
Dengan sempurna Tuhan menciptakan awal kehidupan sampai akhir kehidupan. Dengan sempurna Tuhan mengadakan aku di tengah keluarga yang menjadi tempatku hidup dan aku berharap suatu saat menghidupi. Dengan sempurna Tuhan menghadirkan KALIAN. Dengan sempurna Tuhan menghadirkan rasa saling membutuhkan diantara kami. Satu sama lain. Dengan sempurna Tuhan menjauhkan hampa saat kami bertemu. Dengan sempurna Tuhan menghadirkan rasa rindu untuk nantinya bahagia saat bertemu.
Tuhan itu sempurna. Ia menciptakan manusia yang berasal dari tanah. Adakah dari kita yang mampu menjadikan segenggam tanah itu menjadi hidup, bergerak, bernafas, memiliki rasa, menyayangi, mencintai, merindukan, membenci, dan saling memaafkan?
Jika Tuhan sempurna, mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia secara sempurna?
Jika Tuhan menciptakan manusia secara sempurna, maka tidak akan ada yang namanya persahabatan. Tidak akan ada yang namanya saling menolong dan membutuhkan. Tidak akan ada yang namanya saling mengasihi, mencintai, dan menjaga. Jika manusia sempurna, maka manusia akan hidup sendiri – sendiri. Tidak akan pernah ada yang namanya rasa hampa dan merindukan manusia yang lain.
Bagiku Tuhan tetap lah sempurna. Bagimu? Itu pilihanmu untuk mendefinisikan Tuhan. Dan setiap pilihan berhak untuk dihargai, bukan? :)