Wednesday, April 4, 2012

4:14 PM - No comments

Aku Ombak




Aku selalu berhambur. Menuruti ritme yang telah ditakdirkan semesta untukku. Aku tak pernah jatuh cinta pada kata ‘berhenti’. Aku selalu sulit untuk menjadi indah. Mereka bilang aku kacau tak berupa. Warnaku tak semenyilaukan penghuni taman. Seringnya aku menghambur lepas hingga menepis batas. Tak peduli ternyata keindahan yang kutepiskan. Aku tak butuh bersolek atau mematut diri pada cermin agar mereka mengatakanku indah. Aku tahu, aku telah indah karena adanya. Semesta telah membuatku indah dengan ketidak teraturan yang ada padaku.



Dingin mungkin yang dapat digumamkan telapak – telapak yang pernah kuhampiri, atau telapak yang sengaja menghampiriku. Kadang aku hangat, jika matahari berbaik hati berbagi energi panasnya denganku. Tapi tak peduli lah aku pada apa gumaman. Aku adalah aku, yang menjalani ritme seperti titah Sang Pencipta.



Aku selalu terpukau pada senja. Dengan jingga yang hangat. Serta aromanya yang mengesankan. Senyum lembayungnya tak pernah bosan untuk kunikmati. Kami selalu bersalaman ketika bertemu. Selalu bercanda dan memekikan kegembiraan, juga terkadang melantunkan kekecewaan kepada semesta. Aku selalu menemukan kehangatan pada senja. Walau hanya pada sekelumit waktu saja dapat kutemui.



Seindah apa pun senja memukau ku, tetap saja aku selalu terkait erat pada angin. Aku selalu meminta angin untuk ada. Agar aku dapat terus bergulung ke tepian. Untuk menyapa butir – butir indah dan telapak – telapak yang ada di sana. Aku selalu butuh angin. Tak peduli sekali pun angin tengah mengamuk. Membuatku semakin tak beraturan untuk bergulung. Membuatku harus mengeluarkan energi dan gulungan yang besar. Tak peduli sepanas atau sedingin apa pun angin. Aku membutuhkannya. Tidak kah ombak tak dapat bergerak tanpa angin? Ya. Aku ombak. Ombak yang selalu lebih membutuhkan angin daripada senja, seindah apa pun senja. Yang selalu menghabiskan hampir seluruh waktuku dengan angin. Seperti apa pun angin. Aku selalu jatuh cinta kepada angin. J




Photo From Ari Naibaho







0 komentar:

Post a Comment