1 comment
Hay, Agustus!
Hay, Agustus!
Bulan baru untuk hidupku yang entah masih sampai kapan. Hanya ada si “rasa syukur” yang menepukku dari belakang dan aku pun mengucapnya dari mulutku yang kerap tak beraturan ini. Matahari Agustus begitu hangat. Bulan terakhir bulan Juli kemarin lumayan indah dengan sebuah bintang yang ternyata masih di sampingnya sampai subuh berkumandang. Bintang yang benar – benar setia. Saat subuh pertama di bulan Agustus tiba aku pun memijakkan kakiku di bumi, di luar rumahku. Hawanya memang begitu dingin. Aku memang tak terlalu bersahabat dengan hawa seperti itu, tapi toh tak ada salahnya mencoba bersahabat dengan hawa yang kerap membuatku tak ingin beranjak dari ranjang.
Aku selalu takjub pada langit. Entah saat terang maupun gelap. Langit subuh. Sudah lama aku tak melihatnya. Entah sudah berapa lama aku hanya dapat melihat langit siang dan malam. Hanya dua jenis langit itu. Sementara langit subuh dan senja. Benar – benar aku rindu pada mereka. Seperti apa ya senyum mereka. Tapi pada awal Agustus aku telah melepas rindu pada langit subuh. Ia masih cantik. Masih dengan sepasang bulan dan bintang yang sebentar lagi akan pergi. Sepasang benda langit itu seperti mengiringi langkahku keluar dari rumah. Menapaki jalanan sepi dan dingin hanya terdengar beberapa anjing tetangga yang menyalak pagi hari. Ah, rinduku pada langit senja belum terobati. Entah kapan aku akan melepas rindu dengannya.
Hawa subuh. Adalah hal yang selanjutnya aku rindukan. Dan kini ia memelukku erat. Menelusuri lubang hidungku dan seluruh saluran pernafasanku. Menyiram paru – paruku dengan dinginnya yang lembut tak mematikan. Paru – paruku pun terasa begitu berbahagia. Ya. Terimakasih Tuhan, untuk hawa subuh ini. Dalam – dalam aku menarik nafas pada hawa subuh. Seolah sebentar lagi ia akan pergi jauh. Dan memang dalam hitungan kurang dari satu jam ke depan ia akan pergi jauh.
Lengangnya jalanan begitu aku suka. Lama aku tak menyapa jalanan yang lengan seperti ini. Entah kapan lagi aku akan menyapa jalanan lengang kota tua yang sangat ingin aku tinggalkan ini. Hanya ada satu dua orang yang kutemui selama di jalan. Senyum pagi pun terlontar dari wajah – wajah yang masih asli tanpa polesan. Masih segar tanpa polusi.
Pagi dan senja. Adalah suatu anugerah Tuhan yang indah. Wajar jika aku mencintai keduanya. Dan awal Agustus adalah pelepasan rinduku pada langit subuh, hawa subuh, serta jalanan lengang. Terimakasih karena telah membuatku bersahabat dengan dingin yang sering tak ramah pada tubuhku. Terimakasih karena sekaligus mengingatkanku pada Tuhan (sekali lagi). Terimakasih karena telah mengobati rinduku.
Hay, langit senja. Suatu waktu nanti, aku akan melepas rindu denganmu. Entah dikarenakan apa atau memang karena kerinduanku sendiri pada dirimu. Selamat datang Agustus J
1 komentar:
hay juga..
Post a Comment