No comments
Kepada Tuhan dan Manusia Lain
Kepada
Yth.
Tuhan dan Manusia Lain
Dengan hormat,
Saya ini manusia. Manusia yang punya nafsu dan akal. Saya mempunyai banyak kesalahan serta ketidaktahuan. Entah mau anda sebut apa kesalahan dan ketidak tahuan saya itu. Saya memang tidak akan pernah mampu untuk menjadi sempurna. Karena Tuhan saya adalah yang MahaSempurna. Saya memang ditakdirkan penuh dengan kekhilafan dan mungkin bisa saja dengan kemunafikan. Lalu saya hanya mampu meminta maaf atas ketidak sempurnaan saya tersebut. Selanjutnya, Insya Allah, saya akan memperbaiki ketidak sempurnaan saya. Saya tahu, sebesar apapun upaya saya untuk memperbaiki ketidak sempurnaan saya itu, saya tidak lantas menjadi sempurna. Saya ya seperti ini. Dengan ketololan dan kesalahan.
Saya mungkin telah menyakiti banyak hati manusia. Dengan perkataan, tatapan, sifat, atau keputusan – keputusan yang saya ambil. Saya hanya dapat mengatakan, “ini proses saya”. Proses saya selama menjadi manusia. Sebagai manusia saya tidak akan pernah berhenti berproses, karena akhir dari proses itu sendiri nantinya adalah berada pada hari akhir. Entah di surga atau di neraka. Lalu bagi manusia – manusia lain yang pernah saya sakiti, saya hanya dapat mengatakan, “saya minta maaf dan saya berterimakasih, atas kesempatan saya berproses sebagai manusia”. Tapi di antara proses itu sendiri, saya memiliki kewajiban. Kewajiban untuk berbenah diri dan berbenah hati. Seperti yang saya katakan tadi, saya tidak lah diciptakan untuk sempurna seutuhnya.
Kerap saya berada pada titik dimana saya sudah menjadi manusia yang paling hina dengan kesalahan – kesalahan fatal yang saya miliki. Lalu saya merasa tak ada satu orang pun yang dapat membantu saya. Tak ada satu orang pun yang dapat merasakan bagaimana rasa hina itu menusuk relung hati dan membuyarkan segala kemampuan saya dalam berfikir. Di saat itu, saya kerap berfikir, andai saya hanya menjadi manusia yang pendiam dan mengikuti segala arus aman dalam hidup. Atau, andai saya adalah manusia lain. Kerap pula, saya merasa, masalah orang lain jauh lebih ringan dibandingkan dengan apa yang saya alami. Saya sudah menjadi iri saat itu. Saya sudah menjadi manusia yang tidak bersyukur atas segala apa yang diberikan oleh Tuhan saya yang baik. Maafkan saya, Tuhan…
Lalu di saat seperti itu, saya hanya mampu datang kepada Tuhan yang telah lama saya tinggalkan. Dengan segala rasa malu dan hina, saya sudah tak lagi mampu datang kepada manusia – manusia lain yang dulu kerap saya datangi dan saya bagikan kebahagiaan. Ya. Saya lupa berucap syukur atas kebahagiaan. Dan Tuhan saya memberikan rasa hina dan malu untuk mengingatkan betapa saya adalah ‘nol’ tanpa kuasa-Nya. Tangan Tuhan tengah bekerja. Itu yang saya yakini. Tangan Tuhan memang selalu bekerja. Dengan cara yang luput dari fikiran saya. Saya datang kepada Tuhan dengan rapuh yang sebentar lagi memunahkan saya sebagai manusia. Saya datang kepada Tuhan tanpa arti apa pun. Tak ada jabatan, harta, kepandaian, bahkan kesombongan yang kerap saya jadikan pakaian sehari – hari. Tak ada rasa lebih saat saya datang kepada Tuhan. Saat saya datang kepada Tuhan, sungguh, hanya ada satu keinginan, “Tuhan kembalikan saya kepada asal saya”. Kembali kepada Tuhan adalah hal terbaik bagi saya, saat saya datang kepada-Nya. Betapa damai mungkin rasanya. Berkunjung ke rumah Tuhan saja rasanya ketenangan sudah membasuh saya. Saya tanpa ‘apapun’.
Tuhan, dengan segenap hina, saya hanya dapat memohon petunjuk. Untuk segala perkara dan untuk memperbaiki kesalahan yang ada pada saya. Saya menginginkan hati saya lagi untuk dapat merasakan syukur. Rasa membutuhkan sedikit kekuatan-Mu untuk memperbaiki ketidak sempurnaan saya.
Hati manusia lain yang pernah saya sakiti, saya menerima segala makian anda. Karena memang saya bersalah. Saya menerima ketidak ramahan atas keputusan yang membuat manusia lain tidak nyaman. Dan terimakasih atas kesempatan saya untuk berproses.
Hormat Saya,
Manusia hina dan tidak sempurna
0 komentar:
Post a Comment