No comments
cahaya redup malaikat kecil
Ada seorang gadis kecil yang cantik. Dia seperti malaikat. Malaikat kecil untuk hati yang mencintainya. Tawa dan manjanya adalah senjata ampuhnya untuk menghadapi orang – orang dewasa. Saat ia tertawa, maka aku dapat mengatakan, “Terimakasih Tuhan karena kau ciptakan dia”. Saat ia merengek manja, sungguh rasanya hanya ingin menuruti permintaannya. Tuhan yang baik memang sungguh baik telah menghadirkannya di dalam hidupku.
Banyak hati yang menyayanginya. Aku yakin, ia tak akan pernah kekurangan kasih sayang selama ia hidup. Ia tak akan pernah kehilangan cahaya, karena ia juga cahaya bagi kami yang menyayanginya. Entah magnet apa yang dimiliki gadis kecil itu, hingga aku benar – benar ingin selalu melihat senyumnya. Ingin selalu tahu bahwa, ia selalu bahagia. Ingin selalu mendengar ia bercerita tentang hari – harinya.
Tapi, maaf Tuhan. Untuk satu kali ini aku menganggap-Mu tidak terlalu baik. Saat Kau takdirkan sesuatu yang membuat senyum malaikat kecilku memudar. Saat kau mengganti tawanya dengan tangis di dalam hatinya hingga kini. Saat kau jadikan ia tak lagi bercerita tentang hari – harinya. Saat kau meredupkan cahaya yang terpancar dari hatinya. Mungkin juga ini cara-Mu untuk menyayanginya. Tapi, sekali lagi maafkan aku karena sejenak berfikir Kau tidak terlalu baik.
Si cahaya kecil itu ternyata juga memiliki cahaya dari hati yang lain. Yang mungkin juga sumber cahaya lain bagiku. Lalu dalam sekejap saja, Tuhan mematikan cahaya dari hati yang lain itu. Tak hanya redup. Tapi mati. Lenyap. Padam. Tak lagi ada pancarannya. Padamnya cahaya itu diakhiri dengan senyum. Senyum yang memang begitu indah baginya. Senyum kebahagiaan baginya. Tapi deraian air mata bagi kami yang di sampingnya.
Seperti malaikat kecilku, aku juga kehilangan. Aku kehilangan sahabat. Aku kehilangan penjaga. Ia juga malaikatku yang lain. Kalian tahu bagaimana rasanya? Seketika aku seperti sendirian berada di sebuah tempat yang kosong dan begitu luas. Begitu luas hingga aku tak tahu harus melangkah kemana. Semakin aku melangkah, tempat itu terasa semakin luas. Aku berteriak tapi tak ada seorang pun yang menyahut. Tak ada yang mendengar. Rasanya kosong. Tak ada yang dapat ku pegang. Tak ada yang dapat aku genggam, bahkan pasir pun tak ada di sana.
Waktu memang telah berganti terlalu banyak. Tapi sungguh, aku tahu pasti, cahaya malaikat kecilku belum kembali seperti itu. Masih redup. Masih ada kesedihan yang besar di sana. Tuhan yang baik, terangkan lagi cahaya malaikat kecilku. Kembalikan lagi senyum dan kebahagiaannya.
Untuk sahabatku, apa kabar di sana? Apa rasanya bahagia di sana? Apa masih sama seperti bermain sepeda di sore hari? Lebih menyenangkan kah dibanding dengan makan es krim coklat? Apa di sana lebih sejuk dari hawa pegunungan? Apakah di sana ada senja seperti di pantai? Apa kamu masih dapat melihat laut dari bukit selatan pantai? Kamu pasti bahagia ya… salam kangen dan doa selalu untuk kamu di sana J
Hay, malaikat kecilku, semua orang butuh cahayamu lagi. Tapi bukan cahayamu yang redup. Semua telinga ingin mendengarmu tertawa lagi. Aku juga ingin sekali mendengarmu bercerita riang tentang hari – harimu. Selamat bertambah dewasa Kee J
0 komentar:
Post a Comment