Thursday, June 28, 2012

11:18 PM - No comments

Kepada Anda


Kepada Anda,

Masih ada jejak – jejak anda yang tertinggal. Tertutup debu dan pasir yang dibawa angin dari pantai. Masih ada sekelebat bayangan yang seketika melintas. Seperti angin yang berhembus di hadapan wajah saya. Anda. Ya. Anda. Yang dulu ada dan kini masih ada. Dulu dan kini anda ada, hanya berbeda tempat untuk berpijak. Seperti juga saya. Saya yang dulu dan kini masih tetap ada, hanya berbeda bidang untuk menyerah. Menyerahkan segala kelemahan dan kekuatan.

Masih ingat kah anda dengan pertanyaan saya akan lima tahun kemudian? Saya, anda, dan mereka. Mereka yang dulu kita tak pernah tahu. Mereka yang kala itu masih memijakkan langkahnya pada bidang yang lain. Mereka yang pada akhirnya perlahan menuju kepada anda dan saya. Kita dengan masing – masing ‘mereka’.

Lalu anda dan saya tertelan waktu. Saling meniadakan sejenak. Anda dan saya merelakan waktu untuk menang atas kita. Membiarkan siang yang terik kembali angkuh, bahkan malam, sore, dan pagi turut menjadi angkuh. Anda dan saya tak pernah merasa berkeberatan bukan? Karena kita merangkai langkah menuju suatu tempat yang dulu pernah kita sebut dengan impian. Impian itu tak terdefinisi kan secara jelas. Impian itu yang hanya ingin kita tuju. Impian itu masa depan. Dengan atau tanpa saya dan anda.

Masih kah anda ingat sudut ruangan dimana semua impian itu mengalir perlahan. Bagaimana impian itu tersusun rangkanya secara perlahan? Sudut ruangan yang kini telah lekang. Mungkin suatu sore nanti anda dan saya akan bertemu di sudut ruangan yang lain, dengan langkah yang telah sampai kepada impian.


Saya

Tuesday, June 26, 2012

9:19 PM - No comments

Hello, June. How are you ?


Hallo Juni, apa kabarmu? Setahun yang lalu kalau tidak salah ingat kamu begitu bahagia. Aku masih ingat bagaimana semuanya terasa begitu ringan dan mengalir. Tanpa beban dan tak banyak liku yang harus dilewati. Lalu kali ini, kamu sangat berbeda.

Aku dapat melihat gurat – gurat cemas dan nyaris putus ada. Warna – warna gelap yang nyaris tak tertembus cahaya. Aku tahu ada harapan begitu besar padamu kali ini, Juni. Tapi harapan itu harus statis seketika. Harus diam tak menghambur. Harapan itu seperti menemui ketersesatan. Mungkin salah dalam menafsir peta, atau memang jalanmu kali ini memang lebih panjang dan terjal, Juni J

Ada banyak impian yang ingin kau akhiri dan kau mulai seketika. Pintu yang ingin kau tutup dan nantinya kau membuka pintu selanjutnya, pintu yang baru. Lorong yang baru. Tapi ternyata membuka dan menutup pintu itu tidak semudah seperti membuka bungkus permen coklat.

Juni, kali ini kamu menangis lebih kencang,berteriak lebih lantang, berlari lebih laju, dan terengah lebih berat. Sudah hampir habis mungkin energimu kali ini, Juni. Tapi masih saja kau berharap dan percaya bahwa energimu masih lah banyak tak terhingga, hingga nanti kau sampai di garis estafet dan menyerahkan segalanya kepada Juli.

Semuanya mungkin belum mencapai titik signifikansi yang baik kali ini, Juni. Tapi nanti, ada kalanya ia akan menjadi sempurna dan normal. Tak perlu lah kau berkecil hati. Semuanya sudah beralur. Tak perlu lagi kau ganggu alur itu. Alur itu akan menuju pada suatu muara yang lebih indah dari apa yang kau bayangkan. Semuanya adalah masa depan, Juni.

Semuanya bukan menunjukkan kau lemah, Juni. Tapi mengajarimu untuk menjadi lebih kuat lagi. Masih kah ada keyakinan itu, Juni? Keyakinan untuk suatu muara yang indah. Suatu titik yang bersignifikansi sempurna. Hanya keyakinan, Juni, yang dapat membawamu kepada Juli. Yang mampu menghantarmu menyerahkan tongkat estafet kepada Juli.

Juni, ini bukan akhir. Ini hanya suatu proses pengujian. Segala instrumen yang kau miliki, segala perangkat yang kau miliki. Sudah tak berlaku bukan semua angkuhmu yang dulu masih kau sesap. Berlapang fikiran lah, Juni. Ini sudah waktumu, untuk mengatakan bahagia pada keterpurukan, menyatakan kebersyukuran atas kebelum mampuan atas harapan. J
Selamat berproses, Juni. Semoga aku dapat melihatmu tahun depan dengan lebih dewasa J

8:37 PM - 1 comment

:)


Jika salah satu dari kita adalah api dan yang lain air, lalu kita bertemu pada satu titik hingga menjadi hangat. Tapi hangat itu bisa saja lenyap, saat api membara terlalu besar, hingga menjadikan air semakin memanas, surut lalu menguap. Lalu yang ada hanya akan ada sebuah bejana yang kerontang dan tak lagi terbasahi oleh air. Akhirnya melapuk dan merapuh.
Lalu saat semua merapuh, hanya lah debu hitam yang terlihat. Itu lah kita. Pada akhirnya menjadi satu kembali dengan saling melebur dan tak membawa wujud awal masing – masing.
Jika ada satu senja yang dapat ku simpan untuk ku bawa hingga nanti, akan ku letakkan senja itu di langit – langit kamarmu. Agar ia berwarna jingga dan hangat. Agar ia dapat membuatmu tersenyum, sekalipun malam di luar dingin dan siang nanti menyengat. Tapi sayangnya aku bukan lah penangkap senja, aku hanya dapat melihat dan menikmati senja. Seperti aku menikmati waktu saat di dekatmu.
Jika saja aroma pagi dapat ku alirkan ke dalam botol parfum kesayanganmu. Maka akan ku alirkan ia setiap pagi. Agar kau selalu merasa segar, agar kau tak pernah merasa pengap. Tapi sayangnya aroma pagi tak pernah ingin dialirkan ke dalam botol parfummu. Kita hanya dapat menghirupnya dari tempat yang berbeda, dari pelataran yang berbeda.
Jika saja aku memiliki daya untuk terus mengalah dan kalah di hadapanmu. Maka, tak akan ku habiskan daya itu. Karena jika hanya daya itu yang dapat membuatmu terus ada bersamaku, maka akan kau biarkan kau terus menang tanpa alasan atasku. Tapi sayangnya daya itu tak berlaku dalam medan kita. Bukan itu yang dibutuhkan medan kita. Cakramnya dan jalinan rantainya harus terus berputar dengan seimbang. Karena hanya dengan itu lah kita dapat terus berjalan hingga nanti kita sampai di suatu tempat yang kita sebut bahagia. Bukan aku atau kamu yang kuat. Tapi kita yang kuat. Bukan aku atau kamu yang menang, tapi kita yang menang. Bukan daya yang saling meniadakan yang dibutuhkan. Karena ia tak akan bertahan. J

Thursday, June 7, 2012

7:10 PM - No comments

Dengan Hujan


Hujan, aku pernah berjanji untuk tidak lagi angkuh. Dan aku sudah tak lagi ingin angkuh. Sudah aku biarkan engkau membasahiku. Menembus helai pakaianku. Lalu merembes dan menyentuh kulitku. Tak pernah lagi ku tepis engkau, sekali pun deras. Aku menikmatimu. Sudah bukan lagi ‘mulai’, tapi ‘telah’. Dan hari ini engkau kembali hadir. Di tengah siang yang selalu meracau. Kau padamkan hawa pengapnya dan kau sapa aku kembali, sembari bertanga padaku, “masih ingat kah kau padaku?”. Cukup bukan senyum yang segaris ini menyiratkan jawaban, “ya”.

Hujan, jujur aku rindu untuk menari bersamamu. Menari bebas saat engkau terus menerus mengguyur hebat. Menari lincah seperti saat aku masih kecil. Aku, engkau, dan tawa. Masih kah kau ingat hujan ?

Aku masih ingat betul J
Saat engkau memanggiku dari luar jendela kamar tidurku. Mencoba menggodaku agar meninggalkan tumpukan bantal dan guling yang kususun tinggi hingga menutupi seluruh tubuhku. Aku tahu begitu menggodanya dirimu yang terus mengetuk – ngetuk kaca jendela kamar tidurku.

Lalu masih ingat kah kau, saat aku merentangkan kedua tangan mungilku ? aku ingin memelukmu. Seperti kataku tadi, engkau begitu menggoda. Lalu kita menari. Bukan music klasik atau salsa yang menjadi pengiringnya. Namun langkah kakiku yang mengetuk – ngetuk bumi dan bunyi dirimu yang menghempas ke bumi. Ada irama yang tak mampu ku ceritakan ulang. Irama yang hanya akan muncul dan terasa saat kita bertemu dan menari. Irama yang tak akan kutemukan di lain kesempatan. Irama saat engkau membasahi kulitku. Irama dengan aroma yang menggoda. Ya. Sama menggodanya dengan dirimu sendiri, hujan J

Hujan, hadir lah sedikit lebih lama. Agar aku bisa lebih banyak bercerita kepadamu. Sudah banyak kisah yang ku tabung untuk kuceritakan kepadamu, yang ku harap bisa kuceritakan kepadamu secepatnya dengan secangkir teh hangat di sini.

Buat lah janji di suatu saat nanti hujan, untuk engkau datang lagi dan menggodaku untuk menari lagi bersamamu. Datang lah suatu saat nanti dengan lebih lama dan aku akan banyak memberimu cerita yang telah kupersiapkan untukmu. J