11:08 PM -
No comments
No comments
Menjadi Senyum
![]() |
| Pic by www.mediawebapps.com |
Andai kau tahu aku tengah
menertawaimu. Menertawai gambar – gambar masa lalu kita. Senyum polos yang tak
pernah memikirkan bahwa, akan ada hidup yang begitu berat di hari kedepannya. Kau
tahu, aku selalu ingin jadi senyum. Baik dalam suka maupun luka. Aku selalu
ingin menjadi hiasan di kedua sudut bibir, sekalipun kadang begitu tipis.
Kau dan aku pada akhirnya tahu bahwa, hidup tak semudah nilai sepuluh di pelajaran matematika saat kita kelas 2 SD. Hidup tak hanya sekedar seindah gambar pemandangan alam pegunungan yang kita gambar saat kita mengikuti ekstrakurikuler menggambar. Hidup jauh lebih berwarna dari warna – warna pastel terbanyak yang pernah kita punya.
![]() |
| Pic by www.break.com |
Dan katamu,
“hidup jauh lebih absurd daripada noda – noda di tangan dan baju seusai kita
bermain cat air”.
Bahasa sudah sedemikian indah di
telinga kita. Entah sudah berapa banyak puisi yang telah sampai di telinga kita
dan membuat kita terpukau. Bahasa sudah seperti perhiasaan yang tak nampak
bagimu dan bagiku. Bait – bait yang terus terutulis seolah tanpa henti. “Namun hidup
tak sekedar bahasa yang indah”, ujarmu kala kita melepas senja.
Kita sudah merasakan bahagianya
berlari, berlomba mengayuh sepeda mengitari lapangan yang begitu luas. Kita sudah
merasakan sakitnya terpeleset saat tengah berlari, perihnya luka karena
terjatuh dari sepeda. Kita tahu bagaimana peningnya setelah kepala kita terkena
hantaman bola kasti. Kita juga tahu, selalu ada senyum di awal ataupun di akhir
setiap luka itu.
![]() |
| pic by www.artoffriendship.org |
Kau dan aku pernah merisaukan
bagaimana jika hidup tak seerat genggaman tangan kita ketika pertama kali kau
mengajakku naik ke atas bukit untuk menerbangkan layang – layang.
![]() |
| pic by www.hanynh.blogspot.com |
“Apa jadinya
jika hidup tak lagi sekuat cengkeraman tanganmu di lenganku ketika kau memaksa
untuk naik bianglala, sekalipun kau takut ketinggian,” ucapmu lagi.
Begitu banyak
yang kita risaukan bukan?
Jika nanti akan ada senja dimana
kita berdiri di atas belahan bumi yang berbeda, di zona waktu yang tak sama. Masih
kah akan kita ingat senja yang tengah kita lepas ini? Sekalipun senja besok tak
sama dengan senja kali ini.
Saat nanti tiba waktunya ada
lambaian tangan dan senyum yang hadir bersamaan. Tolong berusaha lah mengingat
bahwa, aku selalu ingin menjadi senyum. Baik dalam suka maupun luka. Aku selalu
ingin menjadi hiasan di kedua sudut bibir, sekalipun kadang begitu tipis.
“Berusahalah untuk tak risau, kau dan
aku ada dalam setiap doa,” bisikmu ketika senja benar – benar sudah pergi dan
kini malam yang berkuasa.
![]() |
| Pic by pixgood.com |





0 komentar:
Post a Comment