Thursday, June 24, 2010

3:23 PM - No comments

Dear God...

Hidup adalah lahir, berutinitas, dan mati. Ya. Di dalam rutinitas ada tanggal lahir yang berulang – ulang ditandai. Berulang – ulang pada tanggal tersebut banyak ucapan dan doa terucap dari banyak orang. Saya adalah manusia. Dan manusia adalah makhluk hidup yang memiliki hidup. Sudah duapuluh tahun saya hidup. Dan setiap tanggal 18 Juni saya seperti harus merefleksikan diri tentang kelahiran saya. Yang saya tahu, saya dikandung oleh ibu saya selama Sembilan buluan delapanbelas hari. Menurut perhitungan dokter seharusnya saya lahir pada tanggal 8 Juni 1990. Tapi menurut kehendak Tuhan saya harus lahir pada 18 Juni 1990. Menurut cerita ibu, eyang, dan pakdhe saya (yang kebetulan adalah dokter yang menangani kelahiran saya), proses kelahiran saya tidak lah mudah. Leher saya terlilit oleh tali pusar saya sendiri. Mulanya Pakdhe saya merencanakan proses sesar, karena lilitan pusar saya tak kunjung lepas. Tapi ternyata Tuhan saya yang baik menginginkan saya terlahir normal. Dengan segala macam kehendak Tuhan, akhirnya saya terlahir normal.

Itu sekilas tentang apa yang terjadi pada 18 Juni 1990. Menurut saya, tanggal 18 Juni tak hanya mengingat tentang bagaimana saya lahir. Lebih dari itu, seharusnya saya bersyukur kepada Tuhan saya yang baik karena masih diberikan seperangkat kehidupan, yang jika satu bagian saja dilepas kehidupan saya menjadi tidak sempurna atau bahkan tidak lagi bernama kehidupan. Sampai umur kelima, kedua orangtua saya masih memberikan hadiah sebuah pesta ulang tahun. Memang tidak semewah pesta ulang tahun anak – anak artis. Tapi setidaknya pesta ulang tahun tersebut cukup memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya.

Seiring berjalannya waktu, saya tidak lagi terlalu menyukai suatu pesta ulang tahun. Lama kelamaan, bagi saya hari ulang tahun adalah hari yang biasa saja. Saya tidak lagi merasakan suatu ke-spesialan dalam tanggal 18 Juni tersebut. Yang saya lakukan setiap tanggal 18 Juni hanya lah bangun pagi dan menjalani rutinitas seperti biasa. Keluarga saya juga kebetulan tidak terlalu terbiasa memberikan ucapan selamat ulang tahun. Bagi kami, ulang tahun adalah hari dimana kami sendiri lah yang harus merenungi dengan penuh rasa syukur atas kehidupan yang masih dapat kami rasakan. Saya tidak lagi menanti – nanti ucapan selamat ulang tahun dari siapa pun. Saya juga tidak lagi mengharapkan kado apa pun. Karena bagi saya, tanggal lahir saya adalah suatu wujud dimana saya harus bersyukur. Tanggal ulang tahun saya adalah suatu tugu peringatan, betapa Tuhan saya begitu baik karena mau menampung saya yang penuh dosa di dalam bumi-Nya ini. Dalam hati saya, saat saya membuka mata dan menyadari bahwa 18 Juni sudah hadir adalah rasa syukur dan ucap lirih “Alhamdulillah”.

Tetap bagaimana pun saya merasa menjadi manusia yang sangat disayangi oleh manusia lainnya saat ada orang yang mengucapkan selamat ulang tahun. Dan saya merasa menjadi manusia yang paling diberkati saat sebungkus kado tertuju pada saya pada 18 Juni. Namun, tetap lah Tuhan saya yang baik, yang memberikan hadiah terlengkap dalam hidup saya. Karena Ia memberikan saya hidup dan kehidupan.

Terimakasih Tuhan yang baik atas duapuluh tahun hidup yang Engkau beri. Hanya “Alhamdulillah” yang dapat saya bingkiskan dan sebongkah permintaan baru lagi yang saya panjatkan. Jaga saya selalu di jalan-Mu, Tuhan saya yang baik. Karena hanya ada satu Tuhan saya yang baik.

:)

0 komentar:

Post a Comment