Thursday, June 24, 2010

3:12 PM - No comments

wanita

Wanita adalah makhluk yang indah. Ia adalah perhiasan bagi para lelaki. Di balik lelaki yang hebat pasti lah ada seorang wanita hebat di belakangnya. Siapa tak kenal keindahan wanita. Banyak orang mendefinisikan keindahan wanita itu sendiri. Kerap keindahan wanita didefinisikan dengan sesuatu yang inspiratif, sesuatu yang berkekuatan tak terduga, kelembutan, kehangatan, bahkan sex. Tak hayal wanita kerap dijadikan komoditi karena definisi keindahannya yang terakhir.

Tanpa disadari para lelaki, wanita adalah tulang punggung mereka yang lunak karena kelembutannya. Jika seorang lelaki itu adalah seorang pemimpin yang sangat hebat, maka ada seorang wanita yang menjadi tulang punggung yang lunak bagi lelaki itu. Jika tulang punggung yang lunak itu terkena infeksi atau pun gangguan, pastilah lelaki tersebut akan menjadi limbung. Tapi kerap pula para lelaki tidak menyadari kelembutan yang penuh kekuatan dari seorang wanita. Kerap wanita dijadikan komoditi pelampiasan mereka. Pelampiasan birahi, amarah, atau pun keserakahan. Tapi, setiap wanita memiliki cara tersendiri untuk bertahan. Tidak ada satu orang wanita pun, jika mereka mau mencari di dalam lubuk hati mereka, yang tidak membutuhkan kasih sayang. Dan tak ada seorang lelaki pun, jika mereka mau untuk menyebelahkan ego mereka, yang tidak membutuhkan wanita sebagai sandaran hidup. Pada kodratnya wanita terbuat dari tulang rusuk lelaki. Pastilah suatu saat tulang rusuk tersebut akan kembali pada si empunya. Berbagai cara telah Tuhan rencanakan untuk mengembalikan tulang rusuk tersebut pada si empunya. Rencana-rencana Tuhan itu kerap kali disebut para manusia sebagai hal yang menyakitkan, memilukan, bahkan ada yang menghujat kejam. Tapi sebenarnya, rencana Tuhan adalah indah pada waktunya.

Wanita itu unik. Wanita memiliki cara tersendiri untuk menguji pasangannya. Seperti pada penguin gentoo yang monogamis dan memiliki cara unik dalam menentukan pasangannya, betina lah yang menentukan, maka pada manusia, seorang wanita pun memiliki cara yang unik dalam menguji seberapa kuat seorang pria yang akan mendampingi hidupnya. Kuatnya seorang pria bukan lah hanya dari segi fisiknya, selain seorang wanita membutuhkan seorang pria yang sehat jasmani, tapi seorang wanita juga membutuhkan seorang pria yang kuat imannya, kuat emosinya, kuat prinsipnya, dan kuat kesetiaannya dalam segala keadaan, sekali pun itu adalah keadaan yang paling tidak menyenangkan.

Dalam ajaran islam, SEBAIK-BAIKNYA PERHIASAAN DUNIAWI, SESUNGGUHNYA PERHIASAAN YANG TERINDAH ADALAH SEORANG WANITA YANG SHOLEHAH. Tak jarang para pria melupakan hal tersebut. Banyak pria yang memilih atau bahkan menikahi seorang wanita sebenarnya menjadikan wanita tersebut suatu komoditi pelampiasan.

Cinta memang sukar untuk tidak diidentikkan dengan hubungan antara lelaki dan wanita. Cinta itu memang unik, seunik wanita. Banyak orang yang memutuskan tali cintanya hanya karena perbedaan persepsi, visi dan misi, atau bahkan hanya karena perbedaan pendapat. Tidak kah mereka sadar, bahwa cinta pada hakikatnya mempersatukan semua perbedaan tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing. Cinta bukan asimilasi yang mutlak. Tidak ada kemutlakan dan paksaan dari cinta. Yang ada adalah menghargai dan berkorban. Berkorban tidak lantas berarti membunuh karakter, berkorban dalam cinta adalah bersabar tanpa mempertanyakan seberapa jauh batas kesabaran, bersabar hingga Tuhan sendiri yang mengeluarkannya dari hal tersebut.

Beberapa lelaki, tak tahu itu banyak atau sebagian, yang mundur saat langkah mereka tercekat oleh suatu kebisuan dari si wanita. Tapi tidak kah para lelaki itu berfikir dan meyakini dalam hati, bahwa wanita-nya itu sedang menguji seberapa ‘kuat’ dirinya. Seberapa mampu seorang lelaki mendampinginya dalam keadaan paling tidak menyenangkan bagi si lelaki. Seberapa rela dan mampu si lelaki berkorban tanpa harus menjatuhkan harga diri di hadapan si wanita. Seberapa dalam si lelaki memahami cara unik wanita dalam berfikir. Dan mungkin saja wanita-nya itu sedang mempertanyakan dalam diri sendiri, "seberapa pantas kah engkau untuk mendampingiku". ‘Seberapa pantas kah engkau mendampingi hidupku’ itu bukan berarti tidak menghargai atau merendahkan si lelaki. Itu kerap berarti apakah wanita-nya itu sendiri merasa dirinya pantas untuk si lelaki.


0 komentar:

Post a Comment