No comments
:(
Ambil saja belatinya
Belati di atas meja bundar itu
Sudah cukup aku lelah terus menangis
Tawa seakan berlari dari hidupku sekerjap tadi
Bahkan, kalau kini kau ingin berlari akan ku biarkan saja
Entah apa ini namanya
Marah?
Sesal?
Marah yang berujung sesal?
Atau..
Sesal yang berujung marah?
Sudah tak lagi mampu otakku memilahnya
Jika hati ini tiang, maka retak pun di pangkalnya
Hey, dapat kau lihat itu retaknya?
Ya, karena hanya kau yang dapat melihatnya
Sentuh lah sekejap saja retakan itu
Terasa bukan rembesan air yang semakin lama semakin basah
Sudah tidak perlu difikirkan
Karena nyatanya aku sendiri masih belum yakin
Hunus saja belati di tanganmu itu
Biar semua selesai
Entah seperti apa nantinya
……..
0 komentar:
Post a Comment