Saturday, November 2, 2013

9:53 PM - No comments

Singgah

Karena langkah tak pernah berakhir. Sekalipun menemukan tempatnya pulang. Langkah akan terus bergerak,. Seiring irama nadi yang tak pernah berhenti saat seiring dengan nafas yang masih ada. Langkah hanya akan berhenti saat nafas sudah habis. Nanti. Saat takdirmu sudah menentukan titik terakhirnya. Hidup memang tak sesederhana lahir, berkembang, tertawa, menangis, hampa, sakit, lalu kemudian mati. Hidup lebih dari itu. Lebih dari kata – kata yang menggambarkan hidup itu sendiri. Karena hidup seharusnya memang dijalani tanpa perlu khawatir, jika sudah memegang kasih Tuhan.

Aku masih di sini. Duduk di antara kebisingan kota besar. Kota yang mengajarkanku hal baru. Kota yang memperlihatkanku sisi lain kehidupan. Bagaimana hidup tak setenang biasanya di kota damai sana. Aku baru mengerti hidup begitu keras dan liar. Seperti bermain tanpa aturan. Di sini aku masih termangu, mungkin aku sudah mulai terbiasa dengan “hidup” yang ada di sini. Dengan kesendirian yang mengajarkanku bagaimana menghargai “pulang”.

Di sini aku mengenal bagaimana berteman. Bagaimana hidup sendiri tanpa keluarga. Bagaimana ketulusan bekerja dengan caranya sendiri untuk menemukan kesejatiannya. Bagaimana semua hubungan mengalami proses evolusinya dan revolusinya sendiri. Bagaimana jarak 311 km begitu dahsyat mempengaruhi emosi. Aku dengan kerinduan yang tak pernah ada habisnya.

Di sini, malam perlahan mulai larut. Mulai memanggil bintang untuk berpesta lebih gemerlap lagi. Mulai menyenandungkan lagu – lagu sepi. Malam selalu saja tak pernah sendiri. Aku menatapnya tanpa arti. Hanya fikiranku yang berjalan ke masa lalu. Menapaki jalur – jalur yang langkahku telah lalui. Tersenyum pada segala jenis kenangan. Manis mau pun pahit. Tertawa pada setiap kejadian. Menyenangkan atau pun menyayat hati. Semuanya terasa begitu dekat. Seolah baru saja kemarin terjadi. Semuanya ternyata begitu singkat. Seolah semua kejenuhan kemarin hanya sebuah canda yang tak ada artinya. 

Di tengah jalan yang begitu besar ini langkahku menapaki jalurnya lagi. Mengitari orbitnya sendiri. Berapa lama lagi aku akan masih ada di sini? akan kah aku kembali melihat jalanan kota yang begitu besar ini?

Singgah. Hanya itu yang ada di kepalaku. Aku singgah ke tempat yang tak pernah ku fikirkan sebelumnya. Aku terdampar pada tepian yang tak pernah ada dalam orbitku.

Tuhan. Terimakasih untuk tempat singgah yang telah kau berikan kepadaku. Terimakasih atas manusia – manusia dan segala hal yang menemaniku selama terdampar di sini. Aku bukan lah sedang tersesat. Aku hanya singgah J



 ~ Surabaya, November 2nd, 2013 ~

0 komentar:

Post a Comment