tell you about
No comments
Selalu Disampingmu
http://www.4shared.com/audio/vnY9350B/Memes_ft_Christopher_Abimanyu_.htm
Selalu disampingmu, kemana pun kau melangkah
Selalu didekatmu, dekat dihatiku
Kekasihku, dambaan hatiku
Kau ku sayang, selamanya
Selalu disampingmu, dimanapun kau berada
Selalu didekatmu, hingga akhir masa..
Kekasihku, kau pujaan hati
Kau kucinta, selamanya..
Demi cintamu, ku berjanji
Demi kasihmu, setia hatiku
karena cintamu, ku bahagia
Menjalin cinta, Selalu disampingmu selama - lamanya..
Guys, really... this song is so GREAT!!
sumpah gak kalah sama Josh Groban.
Sejak denger kabar duka, meninggalnya Ibu Ainun Habibie, gak tau kenapa lagu ini tiba - tiba nongol di fikiran. Then you know guys, lagu ini cocok banget buat Pak Habibie dan Ibu Ainun. Apalagi waktu liat liputan, dimana Pak Habibie selalu di samping jenasah Ibu Ainun, dimana pun itu. Bahkan, saat keluar dari pesawat, Pak Habibie memilih untuk keluar paling terakhir. So sweet.. ^^ Apalagi, salah seorang reporter yang jadi kontributor dari salah satu TV swasta di Jerman cerita, saat Ibu Ainun pertama masuk rumah sakit di Jerman, Pak Habibie bilang, dia nggak akan keluar dari rumah sakit kecuali sama Ibu Ainun. Aww..aww...aww..
Selain pasangan Pak Habibie dan Ibu Ainun, ada satu pasangan lagi yang buat aku adalah "True and Endless Love". Dimana cinta itu bukan lagi menjadi suatu bagian yang terpisah dari hidup mereka. Cinta adalah biasa. Satu sama lain adalah kebiasaan. Satu sama lain adalah satu. Sederhana. Mencintai dengan ikhlas. Mencintai tanpa harus selalu merayu. Melengkapi tanpa harus meniadakan. Benar - benar cinta yang hanya dipisahkan maut. Pasangan itu gak lain adalah Eyangku sendiri.
Bukan bermaksud menarsiskan Eyangku. Tapi jujur mereka berdua selalu jadi inspirasiku. Ribuan bahkan jutaan pasangan paling romantis, yang dibilang media mana pun gak bisa ngalahin mereka. Karena toh, mereka berdua yang bisa aku liat langsung. Puluhan tahun bersama. Sejak jaman perang Belanda, masa kemerdekaan, perang revolusi, Jaman Orde lama, jaman Orde baru, Masa Reformasi, sampai masa Presiden SBY.
Kedua Eyangku itu selalu melengkapi di sepanjang hidup mereka. Eyang Kakungku yang orangnya keras dan Eyang Putriku yang lembut. "Dibalik seorang lelaki yang hebat ada seorang wanita yang hebat". Itu lah mereka. Saat Eyang Putriku dinyatakan terkena stroke, Eyang Kakungku dengan telatennya mengurus dan menemani Eyang Putriku sampai akhir hayatnya. Bahkan, sampai delapan bulan masa terkritis Eyang Putri. Tak sedikit pun lelah yang diucapkan dari Eyang Kakungku. Sampai - sampai, Eyang Kakung yang sebenarnya sudah gak lagi boleh naik motor, nekat naik motor ke rumah sakit buat nemenin Eyang Putriku, ya saat itu keadaannya bener - bener gak ada yang nganterin dan kendaraan, yang ada cuma motor.
Di kesehariannya mereka berdua selalu melengkapi dan menemani. Yap. Lebih dari sekedar perbedaan dua sifat. Aku masih ingat betul, Eyang Kakung hampir selalu menemani Eyang Putri saat memasak di dapur. Dan ternyata hal itu sudah sejak lama sekali dilakukan Eyang Kakungku, bahkan sejak sebelum aku lahir. Berapa banyak laki-laki yang betah menunggui istrinya berjam-jam ada di dapur? Bukan kah lebih baik jika mereka ada di ruang TV dan menonton berita yang tengah disiarkan. Atau lebih baik mereka ada di ruang tengah untuk membaca koran atau buku favorit mereka. Atau lebih baik lagi, mereka bermain catur dengan tetangga sebelah. Tapi tidak bagi Eyang Kakungku. Berjam-jam menemani Eyang Putriku di dapur adalah hal yang lebih menyenangkan. membantunya memasak. Membantunya mengolah bumbu. Membantunya membersihkan sayuran. Lalu membantunya menata makanan di meja makan. Sederhana memang. Tapi itu lah keindahannya.
Setelah kepergian Eyang Putriku, rumah Eyang terasa begitu sepi. Otomatis, Eyang Kakung tinggal sendirian, lalu beberapa waktu kemudia ditemani oleh seorang pembantu. Tapi toh, itu tidak mengubah kesepian yang teramat menyelubungi rumah tua yang hangat itu. Rasa kehilangan itu benar-benar ada. Bahkan bertahun-tahun lamanya. Sampai saat ini. Rasa hampa dengan senyum penuh kenangan yang ada di sana. Petuah-petuah mereka terus terdengar di telinga. Kelembutan belaian mereka terus terasa di setiap malam yang ku habiskan di sana. Rasa kehilangan begitu dapat aku lihat pada raut wajah Eyang Kakungku. Berkali-kali ia selalu mengatakan tentang kehilangan itu. Dan aku hanya bisa diam dan tersenyum. Ya. Hanya senyum yang dapat menahan air mata untuk tak jatuh. Aku ingat betul Eyang Kakungku memajang foto Eyang Putriku di meja belajar yang ada di kamarnya. Foto yang dapat dilihatnya setiap saat. Hanya foto itu lah pengobat rindunya, selain anak dan cucunya yang tak dapat setiap hari dapat dilihatnya. Saat lebaran adalah saat yang begitu membahagiakan bagi Eyang Kakungku. Hampir semua anak dan cucunya berkumpul. Mungkin dengan begitu rindunya pada Eyang Putri dapat terobati. Karena, jika dilihat-lihat, mata semua anak dan cucu Eyang mirip sekali dengan mata Eyang Putri. Sipit.
Mereka berdua punya rencana yang menurutku indah untuk akhir hidup mereka. "Sehidup Semati". Kata - kata itu bener - bener bisa aku liat di mereka. Bukan berarti mereka meninggal bersamaan. Eyang Kakungku meninggal setelah 6 tahun Eyang Putriku meninggal. Bertahun - tahun sebelum mereka meninggal mereka sudah mempersiapkan rumah masa depan mereka. Dua liang lahat yang dijadikan satu. Dibeton sehingga membentuk suatu ruangan kotak besar. Saat Eyang Putriku meninggal ruangan itu baru terisi satu jasad. lalu, 6 tahun kemudian, saat ruangan itu kembali dibuka... Sungguh. Saat peti jenasah Eyang Kakungku diturunkan ke dalam ruangan itu, seperti disambut dengan senyum Eyang Putriku yang telah menunggu selama 6tahun lamanya. "Selamat datang, suamiku". Mungkin itulah yang saat itu diucapkan Eyang Putriku. Dan sejak dua tahun yang lalu, lengkap lah sudah isi ruangan itu. Tak ada yang hampa. Penantian cinta yang sudah berakhir. Sudah sempurna kini rumah masa depan yang telah lama mereka bangun.
Delapan tahun dan dua tahun atau bertahun-tahun rasanya tetap sama.
KEHILANGAN.
Beribu kali berkunjung. Setiap hari berdoa. Berkeranjang-keranjang bunga ditabur, rasanya tetap sama.
KANGEN.
Ruangan kotak besar, tertutup rapat dan gundukan tanah di atasnya. Itu lah tujuan semua orang. Disitulah serasa aku ingin ada.
Nasi goreng penuh cinta atau seloyang tart ulang tahun yang dibuat semalam suntuk, rasanya tak akan hilang.
Nasehat, senyum, pijatan lamat sebelum tidur, pujian hangat setelah menerima raport, semuanya terasa masih ada.
Kecup maaf saat idul fitri, rengek manja saat ulang tahun, semuanya masih bertengger diingatan.
Hanya doa, lembaran foto, gundukan tanah, dan suasana sebuah rumah tua sepi yang dapat sedikit menghilangkan rindu.
Hanya senyum yang dapat menahan air mata dan keikhlasan yang terus coba di hadirkan dalam hati.
Berjuta kangen untuk Eyang
^^
0 komentar:
Post a Comment