No comments
Sesapan Terakhir Dari Secangkir Espresso :)
I’m not perfect. You’re not perfect. But, I should make it better…
Hey, saya berada di titik ini. Titik dimana saya mulai goyah. Masih betul saya ingat, saya begitu yakin atas Anda. Anda yang selalu berada di hati saya. Anda yang tak perlu menjadi sempurna untuk saya memperdulikan anda. Anda yang segala keburukan dan kebaikannya saya terima dengan begitu apa adanya. Ya. Anda yang tetap bertahan di hati saya walau banyak orang yang memaki anda. Sekali pun fikiran saya atas anda tidak berubah. Anda yang saya percaya dihadirkan Tuhan yang baik untuk mengingatkan kepada-Nya selalu. Seburuk apa pun anda, bagi saya anda adalah baik.
Bertahun, saya tidak pernah memperdulikan kelu yang sebenarnya perlahan menggerogoti diri saya sendiri. Saya merasa kelu itu adalah bagian yang memang seharusnya ada bersama anda. Saya terima semuanya. Namun, kali ini kelu itu datang menghantam dengan sangat jauh lebih keras lagi. Anda tahu rasanya? Saya seperti tidak lagi memiliki kemampuan untuk berfikir dan merasa. Mati mungkin. Tapi saya masih dapat bernafas dengan lancar dan berjalan dengan tegap. Mayat hidup mungkin.
Sekali pun saya tidak pernah memohon kepada Tuhan yang baik untuk menghilangkan anda dari hidup saya. karena saya tahu, jika memang sudah waktunya, maka anda akan berlalu dengan sendirinya, dan saya hanya ikhlas yang dapat saya lakukan.
Di titik ini, di saat kelu itu membabi buta, saya melongok ke dalam diri saya sendiri. Benar saja, kelu itu bertahun – tahun menggerogoti diri saya sendiri. Pintu di ruang hati saya sudah tertutup dan kuncinya telah terlebur oleh kelu itu sendiri. Sementara isi di dalam ruang hati saya? Ada sebuah kotak persegi yang besar di dalamnya, yang sikunya begitu tajam hingga menusuk dinding ruang hati saya. anda tahu rasanya? Air mata saja tidak cukup untuk meringankan rasa sakitnya.
Jika anda bertanya apakah saya menyesal? Saya akan menjawab dengan senyum terakhir saya, “Tidak”. Karena seribu tahun saya menyesal pun tidak akan mengalahkan kelu yang menggerogot itu.
Mungkin ini sudah waktunya bagi saya untuk tidak lagi mempertahankan anda di dalam hati saya. Walau saya kerap menyebut, semuanya hanya karena Tuhan yang selalu anda ingatkan. Mungkin pula ini memang sudah saat yang disiapkan Tuhan. Saat dimana saya harus mengganti secangkir espresso di hati saya dengan secangkir jasmine tea atau secangkir espresso lainnya.
Jika memang ini semua adalah luka, saya tahu semua ini indah. Semua ini sudah seperti apa yang seharusnya terjadi. Dengan senyuman yang masih tersisa, saya hanya dapat mengucapkan terimakasih atas segala yang telah anda berikan dan anda ajarkan kepada saya. Saya bersyukur atas semuanya J
Ini sesapan terakhir dari secangkir espresso. Saya tahu tidak mudah, tapi saya yakin perlahan anda akan berada di tempat yang tepat bagi hidup saya. J
0 komentar:
Post a Comment